Senin, Mei 06, 2013

Perenungan

PERENUNGAN

Om Swastyastu,
Salam Sejahtra buat kita semua.

Ampure sudah lebih satu tahun sejak kepindahan dinas ke Bali dari Solo pada  Januari 2012, kegiatan tulis menulis praktis jeda sementara, saya tidak sempat lagi menulis : di Majalah Raditya, Media Hindu, serta mengisi Blog khususnya blog pribadi ini, namun jeda ini saya anggap perenungan diri dan banyak hal yang bisa saya angkat menjadi tulisan di waktu mendatang. Perenungan yang saya dapatkan dari pertanyaan : kenapa saya kok pindah ke Bali dari Solo, padahal di jakarta pun saya siap bekerja, setelah mengamati dalam perenungan beberapa waktu ini (lebih dari setahun), maka yang saya dapatkan pencerahan sbb :

1. Semua yang terjadi terhadap saya adalah kehendak Hyang Widhi.

2. Dengan pindah ke Bali, Hy Widhi memberi kesempatan untuk saya menyelesaikan Pitra Yadnya keluarga besar dibawah kepimpinan saya dan astungkara sudah berhasil dengan baik, bayangkan bagaimana kalau saya masih di Solo.

3. Pura Pemacekan di Solo walaupun saya tidak disana, akan tetap berjalan malah semoga lebih baik.

4. Di Bali saya dapat belajar banyak hal praktis ke Pemangkuan dan dapat menselaraskan Tattwa dan Upakara sehingga umat tidak berat dan umat melakukan Yadnya dengan "Sattwika Yadnya (Ber-Yadnya dengan penuh kesadaran dan tahu akan maknanya), dibanding "Tamasika Yadnya (ketidak tahuan) dan Rajasika Yadnya (Yadnya untuk Pamer).

5. Kewajiban saya dalam pelayanan umat yang awalnya hanya pertanyaan : yaitu kenapa saya kok menyenangi penyucian/penglukatan/amretista, dan sejenisnya, ternyata belakangan dapat pencerahan : karena kelahiran saya adalah Ganesa yang jika menjadi pelayan umat sebagai Pemangku atau rohaniawan akan banyak melakukan job diatas.

6. Untuk melakukan fungsi (point 5 = amretista), maka tidak pernah menyangka saya bisa memiliki rumah : 445 M2 (4,45 are) dengan 2 kavling (terasering) kavling bawahnya untuk rumah dan atasnya untuk Mrjan lengkap dengan Kamar untuk saya dan istri, Bale Yadnya, Bale sikenem dan sikepat, Mrajan diatas dengan tangganya yang indah. Walau Mrajan ini belum finishing ternyata umat banyak yang tahu keberadaan saya dan hadir untuk nunasang ke Hy Widhi Penyucian/amretista, dan petunjuk lainnya (komunikasi dengan leluhur dan Taksu suci mereka) dan astungkara saya melakukannya dengan iklas walau hanya bisa hr Sabtu dan Minggu karena senen-Jumat dinas mengingat masih membutuhkan biaya untuk anak-anak kuliah dan sekolah.

7. Dari bantuan kepada umat, maka banyak hal kehidupan (Skale) yang ada hubungan dengan Niskale menjadi tahu yang tentu tidak ada di buku pelajaran, ternyata ada hubungan erat antara skale dan niskale, manusia hanya hidup "Menjalani Karma", agar sabar dan ingat "Kesabaran tidak ada batasnya, begitu kesabaran dibatasi/berhenti, maka masalah akan timbul.

8. Kedepan saya akan bagaimana ? semua terserah kepada Hyang Widhi manusia hanya bisa menjalani karmanya.

Demikian sekedar cetusan hati dan pada kesempatan ini saya mohon maaf kepada pembaca yang komentarnya belum saya jawab atau lama terjawab semoga kedepan blog ini akan lebih hidup lagi.
Om Shantih Shantih Shantih.
JMk Nyoman Sukadana