Rabu, Maret 09, 2011

MELASTI DI ”TLOGO MANDIRDA”
NGARGOYOSO – KARANGANYAR – JAWA TENGAH


Dalam rangkaian peringatan Nyepi/tahun baru Saka, maka umat Hindu wilayah Karanganyar sejak tahun lalu sudah mulai melakukan Melasti setingkat Kabupaten dimana ditetapkan sebuah tempat yang diyakini memenuhi syarat. Untuk itu maka pada Minggu 20 Fabruari 2011 dilaksanakan Rapat Pengurus PHDI Kab Karanganyar Jawa tengah di Pura Pemacekan karangpandan Karanganyar dipimpin Ketua PHDI Kra Nyoman Suendi. Pengurus PHDI Karanganyar dan perwakilan umat Hindu yang terbanyak etnis Jawa tersebar di kecamatan-kecamatan : Jenawi, Mojogedang, Ngargoyoso, Karangpandan, Karanganyar Kota, Jaten, Kerjo, Matesih, Tawangmangu, Kebak Kramat, Tasik Madu, sepakat dan memutuskan untuk kedua kalinya dilakukan Melasti di Tlogo Mandirda, Dusun Berjo, Kec Ngargoyoso, Karanganyar. (Lokasi Tlogo bisa ambil jalur terminal Karangpandan-Tawangmangu sesudah patung semar). Melasti ini sebagai rangkaian perayaan Nyepi/ tahun baru saka 1933 dilaksanakan pada minggu 27 Februari 2011 disamping harapan agar umat bisa banyak yang hadir karena hari libur, juga masih dalam sasih ke-sanga. Dipilihnya Tlogo Mandirda karena telaga tersebut dianggap mata airnya besar, alamnya bagus, serta ada dukungan kerja-sama dengan Dinas Pariwisata Karanganyar untuk menjadikan tempat tersebut tujuan wisata, bahkan ada pemikiran ditempat tersebut dibangun Pura Beji. Saat ini jalan-jalan sudah diperbaiki dan diaspal. Ada pemikiran juga, bahwa kedepan kabupaten lain atau minimal ex kresidenan Surakarta (Surakarta, Sukoharjo, Boyolali, Klaten, Sragen, Wonogiri, dan Karanganyar sendiri) merapat ke Karanganyar mengadakan Melasti bersama dibawah koordinasi PHDI karanganyar. Seperti biasa setiap aktifitas umat di Karanganyar selalu diliput oleh wartawan Koran dan TV local (TATV) dan nasional, bahkan seperti sudah langganan mereka selalu minta diinformasikan jika ada kegiatan yadnya. Hal ini merupakan point penting yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangan umat. Disamping itu Dinas Pariwisata Karanganyar sangat mendukung hal ini karena Karanganyar adalah Kota tujuan wisata.

PROSESI MELASTI
Pagi-pagi sekali sekitar jam 06 umat yang bertugas mempersiapkan segala sesuatu terkait dengan melasti, seperti tempat pemujaan, tempat sesaji, dan sesaji baik berupa sesaji kebiasaan umat jawa maupun umat etnis bali, sudah siap melaksanakan tugas. Sarana Upakara/Banten/sajen/sesaji, sebagai wujud persembahan diusahakan sesederhana mungkin sebatas yang bisa dilakukan umat, nanti dilengkapi Puja Mantra Pemangku. Sajen Jawa seperti : Cok Bakal (sejenis segehan Panca Warna-namun putih semua), juga ada tumpengan, dan segala buah, dipadukan dengan banten umat yang biasa dilakukan di bali, seperti : pareresik (Byakaon, Durmenggala, Prayascita, Pengulapan-pengambean), bahkan Prayascita sudah dibuat oleh umat Jawa, terlihat serasi dan harmonis dalam kesederhanaan. Semua ini lebih bersifat menuntun dari tataran bawah sebatas yang mereka mampu lakukan dan paham maknanya (Satwika yadnya/ lawannya : Tamasika Yadnya). Belajar dari acara persembahyangan besar-besaran dulu di Candi Ceto dengan dana milyaran dan dilakukan sekelompok umat yang dikhawatirkan hanya prestisius (Rajasika Yadnya) padahal umat disana kehidupan ekonomi masih banyak dibawah garis normal. Perlu ditiru tindakan umat lewat Majalah Media Hindu yang telah membantu ekonomi riil masyarakat dengan bantuan kambing, dll. Perlu juga bantuan buku-buku dan dharma wacana/dharmatula, juga hal akte perkawinan kadang masih ada ganjalan, dll. Jadi ekonomi & spiritual (yadnya serta Sradha) perlu dilakukan dengan berbarengan dan bijaksana.

Sekitar jam 08 umat sudah banyak yang hadir membawa ”Pralingga” dari Pura masing-masing untuk disucikan pada upacara melasti ini. Ada belasan Pura dilereng Gunung Lawu, yang merupakan wilayah Kab.Karanganyar, jawa tengah yang merupakan kantong umat Hindu asli suku Jawa, seperti: Kec.Mojogedang : ada Pura Amertha Shanti dan Pura Sedaleman, Kec.Ngargoyoso : ada Pura Sumber Sari, Pura Jonggol Shanti Loka, Pura Tunggal Ika, Pura Argha Bhadra Dharma, dan Pura Luda Bhuwana. Kec. Jenawi : ada Pura Lingga Bhuwana dan beberapa Pura lainnya. Kec.Karangpandan : Petilasan Kyayi I Gusti Ageng Pemacekan dan Parhyangan Sapta Pandita. Pura di Karanganyar ini dibangun setelah mulai bangkitnya umat Hindu ini, jadi bukan peninggalan sejarah seperti : Candi Ceto dan Candi Sukuh. Perwakilan umat ini yang berjumlah sekitar 300 orang(Umat Hindu etnis Jawa lebih dari 2000 orang) serta Pinandita sekitar 20 orang, siap melakukan pemujaan bersama.

Pemujaan melasti dipimpin : Jero Mangku I Made Murti (Pemangku Pura Bhuawana agung Saraswati Kampus UNS, juga Wk1 Bidang tata Agama PHDI Kra), Pinandita Marto (dari Pura Lingga Bhuwana - Jenawi), Jero Mangku Nyoman Sukadana (Pemangku Pura Pemacekan), dibantu sekitar 20 orang Pinandita lainnya. Puja Pinandita dimulai sekitar jam 09 dengan permohonan yang dalam kepada Hyang Widhi untuk memperoleh tirta amerta pryascita bhuwana agung dan bhuwana alit sehingga memperoleh kesucian menyongsong tahun baru saka 1933. Setelah semua pemujaan dan persembahan selesai maka dilakukan larung ke tlogo sebagai wujud memohon kesucian. Dalam tradisi Weda, maka konsep Nyegara-Gunung merupakan upacara yang penting dimana Gunung melambangkan purusa(bapak) dan segara (laut, telaga,mata air) melambangkan pradhana (ibu), dimana secara keseharian ibu adalah tempat kita menuangkan segala permasalahan sehingga kita menjadi tenang dan lega. Prosesi yadnya diakhiri dengan ”ksama swamam” dari pinandita, bahwa pemujaan sudah selesai. Acara berikutnya adalah sambutan-sambutan yang dipandu oleh Cipto Martono, S.Ag. seorang tokoh umat, dengan sambutan pertama dari Ketua PHDI Karanganyar I Nyoman Suendi dilanjutkan Darmawacana oleh Sumarno,S.Ag. guru agama Hindu di sekolah Karanganyar kota sekitar. Selesai acara seremonial dilanjutkan persembahyangan bersama dengan Puja Tri Sandhya dipimpin Pinandita Atmo Sentono dari Pura Bhineka Tunggal Ika dan Puja Kramaning sembah dipimpin Jero Mangku I Made Murti, diakhiri dengan nunas wangsuhpada (tirta suci) dilakukan semua pinandita yang hadir. Melasti telah selesai, dan Pralingga dari Pura disekitar Karanganyar sudah diarak untuk dilinggihkan di masing-masing Pura dan siap menyambut Tahun baru Saka 1933, dengan tenang dan damai. Om Ksama sampurna ya namah swaha.



Dilaporkan,

Nyoman Sukadana
Karanganyar - Solo - Jawa Tengah 08-03-2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan bagi yang ingin memberi komentar, masukan, rembug, atau sejenisnya dengan etis dan kesadaran untuk kebaikan bersama (Salam Pemilik Blog)