Selasa, November 30, 2010

MANTRA - BAGI SPIRITUALIST MODEREN

Ajaran Catur Asrama, mengatur sangat baik, bahwa kehidupan manusia ada fase atau urut-urutannya. Mulai dari Brahmacari (Menuntut Ilmu), Grahastha (Berumah-Tangga), Wanaprastha (memasuki alam spiritual), dan Bhiksuka/Sanyasin. Umat Hindu diajarkan agar sudah melakukan kewajiban rumah tangga dengan baik jika akan memasuki alam Spiritual (Wanaprastha). Fase ini perlu ketenangan batin tidak diganduli oleh kewajiban rumah tangga, walaupun tidak sedikit umat yang sudah berani memasuki alam spiritual dengan grahastha secara bersamaan. Yang pokok ingin disampaikan disini adalah ”Pendakian Spiritual” sangat baik dilakukan pada saat dimana kita sudah kosentrasi (meditate) dan pada saat dimana emosi, ego sudah stabil, sehingga ketika kita berguru pada Guru rohani, mengikuti kegiatan spiritual (tirtayatra, yoga, meditasi, dll) atau ketika melakukan kewajiban sebagai Pemangku/Pinandita, atau Pandita, maka akan lebih kosentrasi sehingga dapat memperoleh manfaat secara maksimal.

Ada fenomena yang menarik dimasyarakat, bahwa banyak sekali bermunculan aktifitas-aktifitas spiritual yang dikemas secara moderen, bahkan dengan teknologi moderen (Audio Visual dan Video). Seperti diketahui perjalanan umat manusia dalam memanfaatkan ”Kecerdasannya (Intelligence)” berkembang dari : kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient/IQ), kecerdasan emosional (Emotional Quotient/EQ), dan sekarang sudah pada “kecerdasan spiritual (Spiritual Quotient/SQ)”. Umat manusia dijaman serba instant dan materialistis ini rupanya tidak merasakan ketenangan, dan masih merasakan ada yang kurang, mulailah muncul kesadaran, bahwa semuanya itu bersumber pada “Hati/alam perasaan”. Banyak kemudian yang datang kepada para ahli spiritual (Sebut saja Tradisional) disamping banyak yang mengikuti seminar atau pelatihan (sebut saja secara Moderen). Metode-metode penyampaian secara moderen banyak bermunculan, seperti : Gede Prama (Penutur Kejernihan), Erbe Sentanu dengan Katahati Institutenya, Andrie Wongso dan banyak motivator lainnya. Yang tidak kalah serunya adalah dengan banyak beredar CD “The Secret” dari Luar negeri yang menekankan pada “Hukum Ketertarikan” dimana setiap yang kita pikirkan atau rasakan akan menarik hal yang sama kepada kita, sehingga disarankan agar berpikir atau berperasaan positif (positif tinking dan positif feeling). Tidak bisa dipungkuri yang mereka sampaikan/ajarkan adalah spiritual karena banyak berbicara tentang : bersyukur, ikhlas, positif feeling, dan sebagainya. Semua diatas menekankan pada kesadaran spiritual yang 88% dibandingkan pikiran yang hanya 12% tetapi sudah mampu menghasilkan banyak hal. Kekuatan hati/perasaan adalah kekuatan luar biasa yang maha dasyat jika kita mampu memanfaatkanya dengan baik. Para leluhur kita dapat memiliki kekuatan spiritual yang luar biasa karena mereka mengetahui rahasia ini dan sudah lepas dari keterikatan duniawi sehingga mampu mendapatkan “kesejatian” walaupun ada yang masih pada tataran “kewisesan/kanuragan”. Para spiritualist moderen umumnya adalah masyarakat yang menurut ajaran Catur Asrama masih pada Fase Grahastha, bahkan pada Fase Brahmacari, mereka biasanya tidak memperoleh kebahagian rumah tangga, karir tidak berkembang, kesulitan ekonomi, dan yang belum percaya diri. Walaupun demikian, motivator spiritual moderen ini, juga adalah orang yang banyak bergaul dengan tokoh spiritual. Sebut saja Erbe Sentanu (Mas Nunu) banyak bertukar pikiran langsung dengan para master self-development seperti Deepak Chopra, Brian Tracy, Maharishi Mahesh Yogi, Sandy MacGregor, Shri Shri Ravi Shankar, Bill Harris, Wayne Dyer, Danah Zohar dan banyak lagi. Juga Andrie Wongso yang banyak mengambil filosofi China. Erbe Sentanu menggunakan prinsif-prinsif Fisika Quantum, dimana pada saat gelombang pikiran pada posisi “Alpa” (alam bawah sadar), maka terjadi keselarasan antara pikiran dan perasaan, pada saat inilah ditanamkan hal-hal yang positif (Positif Feeling). Posisi relax atau bawah sadar diperoleh dengan “Meditasi”.

Lalu, bagaimana peran ”Mantra (Doa)” bagi spiritualist moderen ini ?. Bagi mereka ”Hati bersih” adalah tanah yang subur bagi setiap hal yang kita inginkan. ”Bersyukur” adalah sesuatu yang ampuh untuk memerangi yang disebut ”Nafsu”, pada saat bersyukur, maka nafsu itu akan hilang, sehingga hati menjadi bersih, kesadaran spiritual bangkit, dan selanjutnya tinggal menanamkan keinginan kita pada alam bawah sadar, sehingga tujuan akan lebih cepat tercapai. Sehubungan aktifitas ini umumnya lintas agama, maka Mantra (Doa) disesuaikan pada masing-masing peserta, bahkan kadang tanpa doa yang penting tepat mengisi perasaan ini dengan hal yang positif, seperti : merasa sehat, keluarga bahagia, punya mobil, punya rumah, dll yang kadang hanya visualisasi, tetapi karena Alam perasaan/hati ini sangat luar biasa, maka hal-hal positif itu diyakini bisa menjadi kenyataan. Kita mungkin pernah membayangkan punya mobil tertentu (mis : Mobil Kijang) mungkin saking seriusnya sampai tertanam ke perasaan kita yang terdalam, sehingga entah bagaimana caranya akhirnya kita memiliki mobil tersebut. Para motivator ini tidak mengajarkan untuk menghayal/melamun, tetapi lebih kepada menggunakan kekuatan hati/perasaan yang maha dahsyat, bahkan disebutkan kekuatan perasaan 5000 kali lebih kuat dari kekuatan pikiran.

Dengan fenomena diatas, dapat ditarik kesimpulan, bahwa Mantra (Doa) hanyalah sebuah kalimat yang tidak akan berarti apa-apa jika kita tidak memiliki kebersihan hati/perasaan, dan juga keyakinan akan Mantra yang kita ucapkan. Spiritualist tradisionail maupun moderen tentu adalah orang-orang yang sangat meyakini ”Mantra(doa)” yang diucapkan (wak) maupun didalam hati (Manah), jadi kita semua seharusnya seperti itu.



Penulis,


Nyoman Sukadana
Karanganyar/Solo-Jateng

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan bagi yang ingin memberi komentar, masukan, rembug, atau sejenisnya dengan etis dan kesadaran untuk kebaikan bersama (Salam Pemilik Blog)