DIBALIK NYANYIAN “BEBEK PUTIH JAMBUL”
Pada kesempatan liburan penulis menyempatkan diri untuk hadir ke Geria Pandita/ Brahmana yang penulis kenal, ini adalah kebiasaan yang penulis coba jadikan prilaku pribadi. Kebiasaan mengunjungi Pandita/ Brahmana adalah sesuatu yang baik, karena dengan selalu mendekatkan diri kepada Pandita/Brahmana yang kita percaya, maka banyak manfaat yang bisa diperoleh baik berupa ajaran kebenaran, filosofi hidup, dan wejangan-wejangan lainnya yang sering tidak kita jumpai dalam buku-buku bacaan atau dharma wacana di TV/langsung. Pandita yang benar akan selalu mengarahkan kita untuk menjadi lebih baik, hormat pada sesama, dan bakti pada Hyang Widhi atau leluhur. Jika ada kesempatan luas penulis ingin bisa hadir pada Pandita-Pandita yang lain yang penulis kenal.
Kesempatan kali ini, penulis mengunjungi Ida Pandita Mpu Kerta Warsa Nawa Putra dari Geria Taman Agung Wilaya Asrama, Baleagung, Desa adat Buleleng, Singaraja untuk memperoleh wejangan. Beberapa lama berada di Geria banyak sekali hal-hal yang disampaikan sehingga semakin menambah wawasan penulis akan hakekat kehidupan ini. Disela-sela wejangan, beliau menyanyikan sebuah lagu yang sudah penulis kenal sejak kecil, sebagian dari bait lagu tersebut adalah sebagai berikut : “Bebekke putih jambul mekeber kaje kanginan ( Bebek berbulu putih dan ada jambul dikepala terbang menuju arah tenggara /bagi bali utara). Pada awalnya penulis agak heran kenapa beliau menyanyikan lagu anak-anak seperti itu padahal beliau adalah seorang Pandita, walaupun demikian penulis tetap mendengarkan dengan sabar kata demi kata dari lagu yang dinyanyikan sekaligus bernostalgia masa kecil penulis dulu ketika duduk dibangku SD (Sekolah Dasar). Setelah selesai menyanyi lalu beliau mengupas makna lagu tersebut sebagai berikut : Bagi kita yang sudah memakai baju putih (seprang Pinandita maupun Pandita), maka jiwa dan raga harus sepenuhnya diarahkan kepada pemujaan Hyang Widhi (Arah tenggara adalah salah satu arah sakral ). Mendengar Makna dibalik nyanyian bebek putih jambul penulis yang sudah meninggalkan SD 30 tahun yang lalu, baru tahu akan tingginya makna yang terkandung didalam nyanyian tersebut. Pandita Mpu tidak bermaksud mengkritik siapa-siapa, tetapi beliau seperti ingin menunjukkan kepada penulis, inilah pegangan sebagai Pandita, Seorang Pandita hanya mendoakan kesejahtraan orang lain, bahkan kata beliau orang Amerika atau teroris sekalipun didoakan, karena dalam pemujaan (Nyurya Sewana/ Tri Sandhya bagi Walaka) yang didoakan adalah agar terciptanya kerahayuan jagat (Dunia dan segala isinya) , bahkan seorang Pandita kadang lupa mendoakan dirinya sendiri. Inilah makna yang terkandung dibalik Nyanyian bebek putih jambul.
Selesai mengunjungi Pandita Mpu, Penulis masih terkagum dengan pengarang nyanyian bebek putih jambul. Jika dia adalah seorang Pandita pastilah dia adalah Brahmana yang bijaksana yang sangat faham akan hakekat kawikon (Ageman Pandita). Jika dia adalah seorang Walaka, maka pasti dia melihat ada kekeliruan dalam prilaku Pandita dimasyarakat waktu itu sehingga perlu dinasehati, tetapi karena dia mengerti sesana/etika, maka nasehatnya dalam bentuk sindiran yang halus. Si walaka pengarang nyanyian itu sudah bisa dikategorikan berprilaku Brahmana atau Pandita Dang Acarya (Pandita yang lebih banyak ber-darma wacana atau Jnana Punia lainnya dibandingkan dengan Muput Karya).
Kini penulis jadi rajin menyanyikan lagu bebek putih jambul dan menyampaikan maknanya kepada kawan-kawan juga melalui tulisan ini agar kita dapat mengambil hikmahnya. Mari kita lihat bersama-sama bebek putih jambul mekeber kaje-kanginan.
Penulis,
Nyoman Sukadana
Karanganyar-Solo - Jawa Tengah
25-11-2004.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan bagi yang ingin memberi komentar, masukan, rembug, atau sejenisnya dengan etis dan kesadaran untuk kebaikan bersama (Salam Pemilik Blog)