Senin, November 02, 2009

2006-PIODALAN PETILASAN KYAYI I GUSTI AGENG PEMACEKAN & PARHYANGAN SAPTA PANDITA
KARANGPANDAN-KARANGANYAR-JAWA TENGAH

Piodalan ”Petilasan Kyayi I Gusti Ageng Pemacekan & Parhyangan Sapta Pandita” dilaksanakan pada Purnama Katiga 7 September 2006 atau setiap setahun sekali. Piodalan ini adalah yang kedua kalinya sejak Pura ini memiliki Pengempon dibawah struktur MGPSSR Pusat. Tanggung jawab Bebantenan (Sarana Yadnya) kali ini dibawah koordinasi MGPSSR Kab.Badung dengan komandannya I Made Mulia. Pengempon di Jawa (Karanganyar&Solo) menjadi Panitia dan mempersiapkan bebantenan sederhana, seperti : Pejati, dan Banten Penganyaran (harian). Seperti biasa Panitia terdiri dari umat Hindu pratisentana Pasek, non Pasek, umat Hindu suku Jawa dan yang paling penting melibatkan umat disekitar Pura yang berbeda agama, dengan menyerahkan Parkir kepada Karang Taruna, penginapan, dan membuka warung makan/minum pada ibu-ibu. Prosesi diawali dengan ”Mendak Tirta” sore hari 6 September 2006 ke Candi Ceto dipimpin Jro Mangku Pasek dan Jro Mangku Murti. Puncak acara Piodalan pada 7 September 2006, dimulai sekitar pukul 07 dengan Puja dipimpin oleh tiga Sulinggih, yaitu : Ida Pandita Mpu Sidyana Samyoga-Griya Agung Cemagi Mengwi-Badung, Ida Pandita Mpu Perama Daksa Manik Mas Semara Natha-Griya Njung Tegalsari-Tegalsaat-Kapal-Mengwi-Badung, Ida Pandita Mpu Jaya Wijayananda, Griya Kutuh-Kuta-Badung. Prosesi dengan Banten yang sederhana diaturkan dengan baik oleh Pemangku, sarati Banten, dan mengajak umat Jawa ikut terlibat semuanya dibawah komando Pandita Mpu. Setelah Puja Piodalan selesai, umat yang terdiri dari umat Hindu dari Bali dibawah Koord. MGPSSR Kab Badung berjumlah sekitar 100 orang, juga umat dari Bali diluar itu, berbaur dengan umat Hindu suku Bali dari Karanganyar/Solo sekitar dan umat Hindu Jawa sekitar 100 orang dari : Ngargoyoso, Kemuning, Jenawi, Masaran (Sragen), khusuk melakukan Puja Bhakti dipimpin Pandita Mpu. Selesai persembahyangan sekitar pukul 09, disampaikan sambutan : Ketua Panitia-Ketut Landra dan Ketua Pengempon-Nyoman Nasa. Sambil menikmati makanan yang disediakan Panitia, umat dihibur oleh Tari Legong Kraton anak-anak asuhan Nyoman Chaya diiringi Gamelan dari ISI Surakarta. Yang sangat menarik adalah penampilan Topeng Keras, Topeng Penasar, Topeng Monyer, Topeng Dalem dan Topeng Sidakarya , yang disuguhkan oleh : I Made Mulia, I Ketut Satem, I Wayan Korsi, AA Raka Suryaningrat, dan lainnya, mampu memberi hiburan sekaligus memberikan Darmawacana kepada umat yang hadir. Sekitar pukul 12 acara Piodalan selesai dan umat kembali keasal masing-masing termasuk semeton dari Bali yang akan disusul oleh umat dari Bali lainnya untuk tahap ke-2. Para Pandita Mpu juga kembali dan akan disusul oleh Pandita lainnya sampai hari ketiga. Persembahyangan terakhir bagi umat Pengampu Yadnya dari Bali dilakukan pada 10 September 2006 pagi sekitar jam 07 dengan dipimpin oleh : 7 Pandita Mpu

Beberapa Catatan Penting selama Piodalan
Beberapa hal yang menarik pada Piodalan kali ini adalah : Metode pengalokasian umat yang medek dibawah koordinasi I Made Mulia. Umat yang medek dibagi dalam tiga tahap kedatangan, sehingga setiap hari piodalan tetap meriah karena selalu ada umat yang hadir dalam jumlah banyak untuk melakukan Puja Bhakti. Pada hari H hadir sekitar 100 orang, hari kedua sekitar 200 orang, hari ketiga sekitar 200 orang yang sebagian berlanjut sampai besoknya (10 Sept.2006) dan pada siang hari umat pamit yang berarti selesai tugas MGPSSR Kab.Badung. Pandita yang datang juga sambung menyambung, sejak 6-9 Sept 2006.,hadir 17 Pandita Mpu dari berbagai daerah. Denpasar : Pandita Mpu Nabe Pemuteran, Ida Pandita Mpu Sidyana Samyoga, Ida Pandita Mpu Perama Daksa Manik Mas Semara Natha, Ida Pandita Mpu Jaya Wijayananda, Ida Pandita Mpu Darma Niasa, Ida Pandita Mpu Reka Darmika Saniasa, Ida Pandita Mpu Darmika Sandi Kerta Yoga, Ida Mpu Nabe Jaya Tanaya, Mpu Wiswa Rupa Biru Daksa, Mpu Daksa Mertha Yoga, Mpu Dharmika Tenaya, Ida Pandita Mpu Daksa Manik Mas, Sri Mpu Dwi Yoga Daksa Merta, Ida Pandita Mpu Jaya Wasistha Nanda Tabanan : Pandita Mpu Cri Rastra Giri Bajra, Pandita Mpu Dukuh Jaya Prateka , Singaraja : Ida Pandita Mpu Dharma Yoga. Hal yang menarik lainnya adalah ”Pementasan Topeng” oleh I Ketut Satem dan kawan-kawan. Topeng ini banyak memakai bahasa Indonesia karena banyak umat Jawa yang hadir, Tokoh ”Dalem” kali ini diambil figur ”Dalem Solo” tapi Dalem dalam pengertian ”Raja/Pemimpin”, sedangkan Piodalan diartikan sebagai kegiatan penduduk dibawah naungan Dalem Solo, jadi pementasan Topeng ini tetap pada Pakem tetapi juga luwes (dinamis) hal ini perlu menjadi pemikiran para pemain Topeng lainnya. Tidak ketinggalan figur ”Provokator” yang selalu ada menjadi ”penggoda” bagi umat yang sedang melakukan Bhakti ditampilkan dengan gaya humor yang baik. Kedepan semoga Pura ini bisa menjadi ”Pemersatu” umat Hindu dari suku dan soroh yang berbeda, seperti yang disampaikan pada pemaparan Sekretaris Pengempon, bahwa : PASEK (Patitis Sesana Kawitan) agar menirukan Sesana (Prilaku) leluhurnya seperti Mpu Gnijaya (tertua dari Panca Tirta) dengan menjadi : Pengemong umat dari berbagai suku, soroh, bahkan umat manusia kearah Bhakti pada Hyang Widhi/ Tuhan YME dan Bhatara Kawitan. Disamping itu sebagai yang tertua, maka harus : Sabar, melindungi, dan memberi petunjuk yang benar kepada yang lebih muda yaitu kepada pratisentana dari adik-adik Mpu Gnijaya.




Dilaporkan oleh,


Nyoman Sukadana
Karanganyar - Solo - Jawa Tengah 12-09-2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan bagi yang ingin memberi komentar, masukan, rembug, atau sejenisnya dengan etis dan kesadaran untuk kebaikan bersama (Salam Pemilik Blog)