KEUNIKAN PURA AGUNG ASEM KEMBAR
DESA TUKAD MUNGGA – SINGARAJA
Pura Agung Asem Kembar yang berada di lingkungan hutan (Alas) diselatan Desa Tukad Mungga, Singaraja dipercaya merupakan Pura ’Transit Niskala” menuju ke Pura Segara Rupek, Candi Bakung, Pura Lempuyang Madya, dan Petilasan Jawa khususnya di Karanganyar/Solo. Pelinggihnya juga banyak dan anehnya ada Kanjeng Wijoyo Kusumo dari Jawa dan Sepasang Naga berkepala manusia dari China bernama : Surya-Palon (Matahari-Bulan). Pura ini termasuk baru dan berdirinya terkait dengan ”Penggemblengan rohani/batin” Ida Pandita Mpu Dharma Mukti Sidha Kerti, dari Grya Amla Bhuana Arum Sari, Dharma Yadnya, Tukad Mungga, Singaraja, ketika itu (tahun 2004) beliau masih status Jro Mangku Gede Putu Reta yang sekaligus juga ahli penyusun Kalender.
Kisahnya pada Redite Watugunung, 23 Mei 2004, beliau melakukan penggemblengan batin dengan tinggal di hutan diselatan desa Tukadmungga masuk Banjar Lebah Pupuan, desa Tegal Linggah, Kec. Sukasada, yang dipercaya sangat angker. Beliau tinggal selama enam bulan dibawah pohon intaran dengan beralaskan tikar. Selama empat bulan tinggal terjadi komunikasi secara niskala dengan seisi alam disana dan akhirnya dengan Bhatara Kawitan serta alam kesucian lainnya. Diperoleh pengetahuan, bahwa tempat ini dulunya merupakan ”Pedukuhan” yang berarti Pasraman tempat tinggal Jro Dukuh Sakti keturunan Sapta Pandita (Leluhur pasek). Pengertian Dukuh disini adalah Brahmana/Pandita yang ketika Danghyang Nirarta menjadi Purohito Kerajaan Gelgel dibawah Dalem Waturenggong pada abad ke XV, keturunan Sapta Pandita tidak lagi menjadi Pandita Resmi kerajaan karena sudah dipegang Danghyang Nirarta, sehingga fungsi Ke-Panditaan dilaksanakan sebagai Dukuh secara pribadi-pribadi. Setelah jelas semuanya, maka diputuskan untuk membangun Pura ditempat tersebut. Dengan bantuan masyarakat yang merasa kasihan dengan keadaan Jro Mangku Gede Putu Reta, maka setiap malam mereka ramai-ramai menemani dan membantu pengukuran batas Pura juga Pelinggih di-areal yang secara alami sejak dulu sudah dikelilingi pohon intaran besar berbentuk segi empat, jadi area Pura yang akan dibangun berada didalamnya. Setelah setiap malam selama dua bulan dilakukan pengukuran pagar pembatas dan Pelinggih ditanah yang kebetulan milik pribadi Jro Mangku Gede Putu Reta seluas sekitar 6 are, maka atas kehendak Hyang Widhi berdirilah sebuah Pura yang di-plaspas pada Hari Saraswati di bulan Desember 2004 oleh Ida Pandita Mpu Nabe Kertha Warsa Nawa Putra, dari Geria Taman Agung Wilaja Asrama, Baleagung-Singaraja. Pura ini kemudian diberi nama ”PURA AGUNG ASEM KEMBAR”. Pelinggih-Pelinggih yang ada : Patung Siwa-Buda, Ratu Niang (Ratu kewisesan), Pesimpangan Sapta Rsi, dan Dukuh, semua ini tergolong ”Pradana” (secara Niskala). Secara Purusa ada : Surya, Kemulan, Ratu Pasek, Sri-Sedana, Gedong Sari, Menjangan Saka Luang, dan Penglurah. Pelinggih kategori lain adalah : Sepasang Naga berkepala manusia bernama Surya-Palon , dan Kanjeng Wijoyo Kusumo. Pura ini sudah banyak dikunjungi umat dari segala penjuru karena memang auranya sangat luar biasa. Direncanakan jika dana terkumpul akan dilakukan ”Ngenteg Linggih” pada tahun 2011 atau 2012.
Keunikan lainnya, disebelah timur Pura Agung Alas kembar sekitar 200 meter terdapat bangunan yang dulunya merupakan sebuah Pelinggih yang sekarang hanya tinggal bagian bawahnya saja. Jika Pura Alas kembar merupakan Pedukuhan, maka tempat ini diperkirakan merupakan Parhyangan atau tempat ber-yoga semadi Jro Dukuh Sakti karena areal ini khususnya pada bekas Pelinggih tersebut diyakini sangat kuat aura kesuciannya. Sehubungan tempat tersebut kurang strategis, maka dipindahkan ke area yang lebih baik masih disekitarnya dan dibuatkan Pelinggih baru namun entah bagaimana bengunan lama masih tetap menjadi tempat sembahyang umat yang datang dan mengerti lingkungan tersebut, sehingga Pelinggih yang sudah tinggal bawahnya itu akan direnovasi kembali. Di area tersebut juga ada Pesimpangan ”Kyayi I Gusti Ageng Pemacekan yang Petilasannya ada di Karangpandan, Karanganyar, Solo, Jawa tengah.
Sehubungan Pura ini merupakan peninggalan leluhur jaman dahulu (Jro Dukuh), maka sudah selayaknya dihidupkan kembali, untuk itu agar pembangunan Pura cepat rampung dan Ngenteg Linggih pada 2011-2012 bisa dilaksanakan, maka kepada umat yang ingin berdana punia dipersilahkan sebagai bentuk bhakti pada Hyang Widhi dan para leluhur atau kehadiran untuk Bhakti ke Pura Alas Kembar akan sangat baik untuk meningkatkan rohani sekaligus berdana-punia. Akhirnya apa yang telah dilakukan oleh Ida Pandita Mpu Dharma Mukti Sidha Kerti adalah sebuah anugrah yang besar bagi kita semua, karena beliau telah memancarkan kembali ”Mata Air Spiritual” yang dulu sempat tersumbat dan sekarang telah muncul kembali.
Dilaporkan,
Nyoman Sukadana
Karanganyar-Solo-Jawa Tengah
07-10-2008.
Terima kasih atas artikel nya, salam dari YAN BAGIA admin http://www.lovinasubakabianasemkembar.com semoga bisa ikut serta ngayah dan menyebar luaskan berita ini ke seluruh Indonesia !
BalasHapusTerima kasih, hanya ini yang bisa saya lakukan berupa Jnana Punia, semoga ini memberikan kebaikan buat kita semua. Rahajeng
HapusSuksma atas informasinya ijin dikutip untuk pengembangan http://www.wisatapurabali.com/ Rahayu
BalasHapussuksma informasi yang telah diberikan. semoga bisa menambah wawasan kepada masyarakat dan menjadi wisata spiritual. dumugi state rahayu, rahajeng, lan ajeg.
BalasHapus