Selasa, September 01, 2009

UPACARA OBONG - ENTAS PITULUS (PITRA YADNYA)
DI MASARAN – SRAGEN – JAWA TENGAH

Setelah sukses melaksanakan Upacara ”Entas Pitulus (Pitra Yadnya)” di Desa Randualang – Klaten-Jawa Tengah pada 14 Maret 2007 lalu (Dimuat Raditya Edisi April hal 34), maka Pandita Pujo Broto Sejati (Romo Maming) kembali memimpin/Manggala Upacara Obong-Entas Pitulus di Dusun Kauman, Kec.Masaran,Sragen, Jawa Tengah. Entas Pitulus kali ini bahkan secara massal seperti Ngaben Massal di Bali dengan biaya murah namun dengan Tattwa yang benar seperti yang sekarang mulai ramai dilaksanakan di Bali. Umat yang di Entas Pitulus ada 8 (delapan) orang, yaitu : Saido Wiro Taruno, Redjeb Wiro Taruno,Wiro Djono,Remin Karto Dimedjo,Tumbu Karto Dimedjo,Jemprit Karto Dimedjo,Sulidi Djojo Sumarto, dan Tuminem Djojo Sumarto. Prosesi dilaksanakan pada 16 Nopember 2007 mulai sekitar pukul 12 sampai pukul 18 wib. Dihadapan Romo Jati berderet ”Panjang Ilang” atau nampan Janur dan Blarak (Daun kelapa kering) yang berisi buah-buah dan Polowijo, serta makanan kesukaan yang di Entas Pitulus waktu masih hidup seperti rokok,kue, dll.,juga ada sesaji lainnya yang dibutuhkan. Ada ”Wahana” berujud Kambing Kendit, dan satu buah ”Pancaka/Panca Saka (Bade di Bali)”. Umat baik fihak keluarga dan masyarakat secara teratur duduk dibelakang sarana upacara tersebut. Diawali oleh Romo Jati melakukan pemanggilan Sang Atma untuk ditempatkan pada ”Puspa Sarira”. Secara filosofi Jawa, Atma yang ada di telenging samudra, atau dikerubuti Bhuto Kolo, oleh Pandita yang ”Nyiwa Raga” berhak untuk dipanggil dan dilinggihkan pada Puspa Sarira. Puspa sarira 8 buah yang sudah dilinggihkan Sang Atma kemudian diserahkan kepada petugas yang umumnya keluarga. Keluarga kemudian ”Atur Bekti” dihadapan Puspa Sarira mendoakan agar Sang Atma memperoleh jalan yang benar menyatu dengan Sangkan Paraning Dumadi. Selesai Atur Bekti dilanjutkan ”Purwa Daksina/Pradaksina” yaitu mengelilingi Wahana 3 kali. Puspa sarira dimasukkan kedalam Pancaka dilanjutkan keluar rumah dan berkeliling desa dimana pada Prapatan Jalan dilakukan lagi Purwa Daksina tiga kali. Proses ini menjadi sakral dengan diiringi oleh Gamelan Jawa dan gending : Kinanti Karuno, Panjang-Ilang, Layu-layu, gending Telutu, Sirep Aji Pulang, dan lainnya. Akhirnya iringan kembali lagi kerumah dan acara dilanjutkan dengan ”Pembakaran /Obong”, namun sebelum Obong keluarga atur Bekti lagi dan membekali dengan kesukaan yang di Entas Pitulus, ada juga membekali uang, namun sebelum di-obong uang diambil, suatu hal yang perlu diperhatikan di Bali, karena di Bali kadang ada yang lain dimana emas, pakaian, bahkan mobil dibakar untuk bekal Sang Atma. Keesokan harinya abu dari obong dimasukkan kedalam kelapa cengkir (kelapa gading) dan dilarung ke Kali Bengawan. Selesai sudah Upcara Obong Entas Pitulus, dan semoga akan berlanjut lagi dikeluarga lain sesuai dengan info, bahwa ada umat di Karanganyar yang merencanakan melaksanakan ”Upacara Obong – Entas Pitulus”.

Sedikit tentang ”Upacara Obong – ENTAS PITULUS”.
Adalah ”Sugito” seorang guru di Karanganyar/Solo yang pemerhati Budaya Jawa dengan sari pati Hindu begitu dedikasi mengumpulkan data-data Entas Pitulus, disertai oleh ”Mudiarso-Ketua Yayasan Pelestari Budaya Jawa” yang juga gigih melakukan hal yang sama walau saat ini beliau tidak berpenghasilan sehingga perlu ada umat yang memperhatikannya. Budaya Jawa saja tidak cukup, maka keterlibatan ”Pandita Pujo Broto Sejati” dengan landasan Tattwa Hindu menjadi melengkapi semangat umat diatas. Upacara Obong-Entas Pitulus ini bisa juga dilihat pada Buku Negara Kertagama pupuh LXIII,LXIV,LXV, salah satu berbunyi : Pagi purnamakala Arca Bunga (Puspa Sarira) dikeluarkan untuk upacara, gemuruh disambut dengan dengung salung, terompet,tambur, serta genderang, didudukkan diatas singgasana besarnya setinggi orang berdiri, berderet beruntun-runtun, semua pendeta tua-muda memuja. Demikian landasannya, lalu sarana apa yang dipergunakan ?. Alat-alat upacaranya adalah : Puspa Sarira, perwujudan orang yang di Entas Pitulus terbuat dari bahan kayu jati yang halus dibentuk boneka diberi mata dari uang logam, berlubang diberi hidung dari buah jambe dan dilengkapi dengan pakaian. Pancaka disebut juga Panca Saka, terbuat dari rangka bambu ditali (tanpa paku) dan diberi atap, dinding dan lantai dari alang-alang yang tersusun sedemikian rupa. Wahana merupakan kendaraan Sang Atma, berupa hewan berkaki dua atau empat dengan cara disembelih semua isi perut dikeluarkan, daging diambil, lalu kulit dikembalikan seperti sedia kala sehingga masih menyerupai hewan hidup. Sesaji Daksina,Air pengentas dari tujuh sumber, api pralina dari mrapen,pisang raja,pala kependem,pisang emas,nasi golong,nasi suci, nasi punar,bucalan gecok mentah,dupa/ratus/kemenyan,hewan (dibiarkan hidup: burung dara,ayam jawa,itik-semuanya sepasang), seperangkat gamelan, benda kesayangan si mati. Dukun Obong adalah sebutan untuk Manggala upacara. Prosesi Obong-Entas Pitulus urutannya diawali ”Pemanggilan Atma”
- Pada fase ini Puspa Sarira dimandikan dengan Tirta Pengentasan diiringi Gending Layu-layu, ”Pradaksina/Purwa Daksina” - fase ini Puspa Sarira dipapah berkeliling 3x mengelilingi Wahana dengan iringan gendhing Dhandang Gula Tlutur, dibawa pedupan,penerang,ayam,dara,itik, dan makanan,dll kesukaan simati, lalu dimasukkan ke Pancaka. ”Arak-Arakan”- Puspa sarira didalam Pancaka mengelilingi desa dan berputar 3x diprapatan lalu kembali kerumah. ”Obong” – Pancaka menghadap kebarat, sehingga kepala Puspa Sarira menghadap timur, peralatan upacara dan bekal diletakkan sedemikian rupa, atur bekti, dan suputra menyalakan daun pisang raja dan daun pisang emas untuk obong. Terakhir ”Larung” – Abu dari obong dimasukkan kedalam kelapa muda untuk dilarung ke sungai/laut terdekat. Harapan dan pesan sesepuh Jawa, upacara Entas Pitulus diperlukan untuk memenuhi kewajiban kita pada leluhur, tidak sulit dan tidak rumit, sekarang ini dilaksanakan oleh kalangan tertentu dan sangat terbatas sehingga perlu disebarluaskan.


Dilaporkan oleh :

Nyoman Sukadana
Karanganyar - Solo - Jawa Tengah
17-11-2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan bagi yang ingin memberi komentar, masukan, rembug, atau sejenisnya dengan etis dan kesadaran untuk kebaikan bersama (Salam Pemilik Blog)