Senin, Agustus 03, 2009

ARTI SEBUAH KEPERCAYAAN
PADA PENDARMAWACANA


Dikota-kota yang aktifitas kegiatan ekonominya cukup baik tidak terkecuali di kota-kota di Bali seperti : Singaraja dan Denpasar, maka akan menjadi ladang bagi para Pemasar-pemasar untuk menjajakan barangnya apapun caranya. Ada perusahaan pemasar produk-produk kesehatan memakai cara yang sangat simpatik untuk memasarkan produknya yang mirip dengan “Darmawacana” tetapi pasti ada bedanya yang bisa diketahui setelah membaca tulisan ini secara keseluruhan. Pengunjung digugah dengan cendramata jika bersedia hadir mendengarkan presentasi/pemaparan yang dilakukan oleh petugas khusus yang punya keahlian untuk itu. Kemampuan petugas khusus ini menyampaikan makna kesehatan sangat baik, sehingga pengunjung yang datang bisa lebih dari satu kali apalagi setiap kunjungan juga ada hadiahnya. Yang paling penting perlu digaris bawahi disini adalah “Kemampuan dari presenter itu untuk menarik hati pengunjung sehingga bersedia mengikuti keinginannya”. Informasi yang disampaikan mengenai kesehatan sangat baik dan kita perlukan dalam keseharian, tetapi karena motivasinya adalah dagang, maka tujuan utamanya pasti adalah agar pengunjung membeli produk yang ditawarkan, dan ini adalah logis karena mereka jualan. Pengunjung yang sudah percaya sepenuhnya kepada presenter dengan sukarela membeli produk kesehatan yang harganya ratusan ribu, bahkan jutaan rupiah, sehingga mengalahkan prioritas kebutuhan lainnya yang bisa jadi membawa keributan dirumah tangga. Disini terlihat, bahwa pikiran logis pengunjung sudah tertutup oleh kemampuan/karisma presenter sehingga mau mengikuti keinginan presenter, yaitu :.membeli produk yang dijual. Disinilah letak masalahnya.

Keadaan yang serupa adalah terkait dengan “Kemampuan atau karisma Pendarmawacana”. Kita bisa melihat atau mendengar dari TV, Radio, atau langsung “Pendarmawacana” yang mampu/mumpuni dalam bidangnya sehingga bisa membuat penonton atau pendengar tidak mau pindah dari tempat duduknya. Pendarmawacana adalah juga presenter yang dengan kemampuan yang dimiliki berusaha membuat pendengar mengerti sehingga mengikuti apa yang diinginkan. Jika presenter diatas yang adalalah pe-bisnis, maka produk dagangannya yang ditawarkan, sedang Pendarmawacana, maka susila/etika, dan ajaran agama yang disampaikan. Jika presenter pe-bisnis ‘keuntungan’ menjadi tujuannya, maka Pendarmawacana tujuannya adalah : terjadi peningkatan pemahaman umat akan hakekat ajaran agama sehingga meningkatkan perilaku kebaikan pada kehidupan sehari-hari. Pendarmawacana yang baik akan menjadi “idola” pendengar/penontonnya sehingga akan mengikuti/manut pada apapun yang dikehendaki.

Dari kedua situasi diatas, maka bisa disimpulkan, bahwa kemampuan seorang presenter atau pendarmawacana yang baik bisa mempengaruhi penonton/pendengar untuk melakukan sesuatu yang dikehendaki. Bagi pe-bisnis jelas agar membeli produk yang ditawarkan, tetapi yang penulis ingin tekankan adalah : Jika Pendarmawacana punya tujuan lain, yaitu ingin memanfaatkan kepercayaan umat untuk kepentingan sang Pendarmawacana atau kelompoknya atau untuk ajegnya kekeliruan-kekeliruan masa lalu yang ingin tetap dipertahankan sampai sekarang. Jika seseorang apakah dia Sulinggih atau tokoh masyarakat memanfaatkan kemampuan Darmawacana untuk menarik simpati umat agar kemudian bisa diarahkan, maka perlu diingatkan disini, bahwa kemampuan itu adalah Anugrah dari Hyang Widhi yang perlu diarahkan kejalan kebaikan, sebab hal itu adalah kharisma atau Pulung bagi orang Jawa yang menurut penulis sifatnya terbatas atau ada jangka waktunya. Pada suatu saat nanti akan diambil kembali oleh Hyang Widhi sehingga apa yang disampaikan tidak akan ada yang mendengar, maka pada akhir hidupnya menjadi orang yang tidak berguna atau tidak dikenang kebaikannya. Contoh seperti itu sudah bisa dilihat pada umat beragama lain. Jro Mangku Gde Ketut Subandi adalah tokoh yang menurut penulis memperoleh anugrah Hyang Widhi yang sangat professional meluruskan benang kusut keleluhuran apapun soroh seseorang, sehingga diakhir hayatnya beliau tetap dihormati. Seorang Sulinggih seharusnya (maaf) tidak dipolitisir oleh Para Walaka dan sebaliknya seorang Walaka akan berdosa besar jika mempolitisir seorang Sulinggih. Jika dilakukan pembodohan kepada umat untuk kepentingan pribadi, kelompok, atau kedudukan, maka jangan berharap akan bisa hidup tenang karena pikiran ini akan terus diganggu oleh keinginan-keinginan prestise, kedudukan, dan mungkin godaan material.

Khusus kepada umat atau siapapun yang berada difihak pendengar/penonton bagi presenter dan pendarwacana, maka ada hal yang perlu penulis sampaikan dan ingatkan, bahwa manusia adalah mahluk independent (mandiri). Manusia berasal dari kata “Manu = Kebijaksanaan, dan Sya=mempunyai”. Oleh Hyang Maha Kuasa anda dianugrahi kebijaksanaan yang tidak dimiliki oleh dua ciptaan Tuhan yang lainnya (Binatang dan Tumbuhan) sehingga manusia disebut yang paling baik dari ketiga ciptaan Tuhan. Untuk itu maka gunakan kebijaksanaan ini, gunakan wiweka/akal sehat/ logika, jangan menelan mentah-mentah apa yang anda dengarkan walaupun itu dari Sulinggih sekalipun atau tokoh masyarakat yang sangat dipercaya, karena mereka juga manusia yang punya kelemahan atau tidak sempurna, kita harus tetap menjadi diri sendiri fihak lain sifatnya hanya membantu mendorong hal positif yang ada pada diri kita dan menekan hal-hal negative. Jadilah diri-sendiri yang benar (Be Yourself)



Penulis,


Nyoman Sukadana
Jaten,Karanganyar-Solo - Jawa Tengah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan bagi yang ingin memberi komentar, masukan, rembug, atau sejenisnya dengan etis dan kesadaran untuk kebaikan bersama (Salam Pemilik Blog)