Jumat, Agustus 28, 2009

SANG PROKLAMATOR

Pada bulan Peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI yang ke-64 ini, kita diingatkan kembali oleh seorang Proklamator Kemerdekaan RI yang secara kebetulan punya darah Bali, beliau adalah SUKARNO. Apa dan siapa beliau yang ditulis oleh beberapa penulis banyak yang tidak benar, sampai pada tahun 1970 Ida Pandita Mpu Kerta Warsa Nawa Putra dari Geria Taman Agung Wilaya Asrama, Baleagung Desa adat Buleleng yang secara kekerabatan adalah sepupu Mindon Megawati Sukarno Putri, perlu meluruskan hal itu kepada masyarakat. Atas informasi yang disampaikan kepada penulis bahkan diberikan oleh beliau silsilah keluarga Baleagung Buleleng, maka pada kesempatan ini mari kita luruskan dan jelaskan keberadaan Sang Proklamator ini.

Sukarno adalah buah kasih sayang antara R.Sukemi Sosrodihardjo dengan Ni Nyoman Rai Srimben. Nama ”Ida Ayu” didepan nama Nyoman Rai Srimben adalah anugrah dari Presiden Sukarno pada tahun 1958 di Tampaksiring Bali dihadapan para pejabat-pejabat pemerintah Republik Indonesia, pejabat tinggi negara sahabat, dan diundang juga keluarga Baleagung-Buleleng. Jadi nama Ida Ayu adalah ”Anugrah sang Proklamator kepada Ibundanya”. Pertemuan R.Sukemi Sosrodihardjo dengan Nyoman Rai adalah karena R.Sukemi Sosrodihardjo kebetulan adalah Guru SD di Br.Paketan-Liligundi Buleleng-Singaraja, jadi secara jarak sangat dekat dengan Baleagung. Nyoman Rai adalah seorang gadis yang secara niskala ditunjuk oleh Ida Bhatara yang disungsung di Pura di Baleagung sehingga selalu terlibat dalam kegiatan religius di Pura itu. Ayah Nyoman Rai bernama ”I Nyoman Pasek” dan leluhurnya selalu menjadi Pemangku/Pinandita di Pura tersebut dan ada yang disebut Jero Mangku Lingsir. Nyoman Rai Srimben dan teman-temannya sering menarikan tari Rejang di Pura yang merupakan tari sakral, saat itulah dilihat oleh R.Sukemi Sosrodihardjo sehingga timbul rasa suka yang akhirnya terjadi komunikasi yang semakin dekat. Karena agama yang berbeda dimana R.Sukemi Sosrodihardjo beragama Islam sedang Nyoman Rai beragama Hindu, maka hubungan ini tidak mendapat restu awal mulanya sehingga karena rasa cinta yang dalam dari keduanya perkawinan dilakukan dengan ”Ngarorod” (kawin lari). Mereka sempat berlindung dirumah salah seorang Polisi, bahkan sempat diajukan ke Pengadilan, namun karena keduanya saling mencintai akhirnya perkawinan dikabulkan dan R.Sukemi Sosrodihardjo hanya dikenakan denda oleh Pengadilan. Setelah menetap di Blitar Jawa Timur tempat asal R.Sukemi Sosrodihardjo, maka dari Perkawinan kedua insan ini, lahirlah 2(dua) orang putra-putri, yaitu Nyonya Wardoyo (Perempuan) dan Sukarno. Kembali kepada leluhur Nyoman Rai yang adalah Pemangku di Pura Desa Baleagung, maka secara garis keturunan/trah, beliau adalah ”Trah Pasek Tatar Baleagung Buleleng”, jadi masih damuh/trah/keturunan dari Mpu Wiradnyana salah seorang dari Sapta Pandita (Sanak Pitu). Sapta Pandita adalah putra dari Mpu Gnijaya yang parhyangannya ada di Lempuyang Madya.- Karangasem.

Mpu Wiradnyana ber-asrama di Daha-Kediri Jawa Timur dari perkawinannya dengan putri dari Mpu Penataran berputra Mpu Wiranatha. Mpu Wiranatha dari perkawinannya dengan Dewi Amertha Manggali, berputra Mpu Purwanatha, Ni Ayu Wetan, dan Ni Ayu Tirtha. Selanjutnya Mpu Purwanatha menurunkan ”Mpu Purwa” dan ”Ken Dedes” dimana Ken Dedes selanjutnya menurunkan raja-raja Jawa seperti : Paku Bhuwono di Surakarta dan Hamengku Bhuwono di Jogjakarta. Mpu Purwa dan Ken Dedes diajak pindah oleh ayahndanya Mpu Purwanatha ke Desa Panawijen dibawah kekuasaan Tumapel - Kediri. Di Panawijen Mpu Purwa dari perkawinan dengan Putri Arya Tatar kemudian menurunkan De Pasek Tatar yang selanjutnya ke Bali dan menjadi Amancabhumi di Gelgel Klungkung dengan gelar I Gusti Lurah Pasek Tatar pada pemerintahan Cri Gajah Waktra /Sri Gajah Wahana pada tahun Saka 1246 (1324 Masehi). Keturunan I Gusti Lurah Pasek Tatar di Bali kemudian dikenal dikenal dengan : Pasek Tatar-Pidpid, Pasek Tatar Telengan, Pasek Tatar Mangku Baleagung Bukit Gumang/Bukit Cemeng, Pasek Tatar Baleagung Buleleng, Pasek Tatar Penataran-Buleleng, Pasek Tatar Gunaksa, Pasek Tatar Sidembunut Cempaga Bangli.

Dengan penjelasan diatas, semoga menjadi jelas keberadaan Sang Proklamator ini sekaligus mengkoreksi atas penjelasan atau tulisan yang terkait dengan Sukarno baik oleh penulis lokal, nasional, dan internasional. Akhirnya orang tidak dilihat pada siapa leluhurnya tetapi apa yang dilakukannya untuk kebaikan umat manusia, seperti Sukarno walaupun beliau trah Mpu Gnijaya Sang Brahmanajati tetapi atas nama dirinya sendiri Sukarno sudah membuat dirinya menjadi dikenang sepanjang jaman sebagai ”Sang Proklamator”.


Ditulis oleh,


Nyoman Sukadana
Karanganyar - Solo - Jawa Tengah
(Warih Pasek Tatar-Mangku Baleagung Bukit Cemeng)
17-08-2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan bagi yang ingin memberi komentar, masukan, rembug, atau sejenisnya dengan etis dan kesadaran untuk kebaikan bersama (Salam Pemilik Blog)