Rabu, Maret 03, 2010

MENJAGA MUTIARA “KSAMAWAN”

“Ksamawan” atau “Kesabaran” adalah sesuatu yang sangat berharga dalam diri manusia, saking berharganya tidak ada sesuatu yang bisa dipakai untuk menggambarkannya, namun sebagai simbolisasi kita sepadankan dengan “mutiara” sebagai sesuatu yang sangat berharga. Begitu berharganya mutiara kesabaran ini, maka manusia perlu menjaganya dengan baik. Kesabaran yang tidak bisa dijaga akan menimbulkan hal negative, salah satu contoh adalah “perselisihan”. Tidak seorangpun bisa mulus menjalani kehidupan karena pasti akan pernah mengalami benturan-benturan atau perselisihan-perselisihan. Jika kita amati perjalanan hidup kita dari kecil sampai sekarang ini, maka hal itu selalu ada dan menjadi bagian dari kehidupan kita. Waktu kecil kita pernah berselisih dengan teman bermain, teman sekolah, teman kuliah, dikantor, dikeluarga, dimasyarakat. Perselisihan ini bukan hanya bisa terjadi pada perorangan, bahkan perusahaan, juga lembaga umat, kalau lebih jauh lagi negarapun bisa terlibat perselisihan. Semua hal diatas bisa terjadi karena kita tidak mampu menjaga mutiara kesabaran itu dengan baik. Hal lain yang bisa terjadi : kita menjadi pribadi konsumtif, tidak ramah, berwajah kusam, bahkan bisa melakukan tindakan yang mencelakakan orang lain seperti : penganiayaan juga pembunuhan. Jadi banyak dampak yang bisa ditimbulkannya, itulah sebabnya ajaran Hindu pada Sloka 94 Sarasamuccaya, menyebutkan :”Apabila tidak ada yang Ksamawan, niscaya tidak ada kepastian akan adanya persahabatan, melainkan jiwa murka menyelubungi diri sekalian mahluk karenanya pasti akan bertengkar satu sama lain”. Ksamawan juga berarti Ibu Pertiwi sebagai simbul kesabaran, dimana alam semesta ini dengan begitu sabar dan cinta kasih menyediakan segala kebutuhan manusia dan mahluk lainnya, walaupun tindakan kita sering mengabaikannya, seperti : menebang pohon sembarangan sehingga dapat mempengaruhi iklim dunia yang sudah diperingati dengan “Global Warming”. Setiap manusia termasuk penulis sendiri punya resiko terhadap ketidak mampuan menjaga mutiara kesabaran ini, namun mari kita sama-sama belajar untuk menjaganya, lalu bagaimana caranya ?

Jawaban satu-satunya adalah “Pengendalian diri”, manusia hanya perlu melatih pengendalian diri. Metode-metode pelatihan yang dikaitkan dengan ajaran Hindu sudah ada seperti : Upawasa saat Nyepi, Siwa ratri, atau lainnya. Jadi makna upawasa ini adalah “pengendalian diri” agar kita menjadi manusia yang mampu mengekang diri dari hal-hal yang negative. Jika upawasa hanya dimaknai dengan tidak makan dan tidak tidur saja tanpa mengerti intinya adalah pengendalian, maka artinya kita belum mampu memaknai perayaan tersebut. Dalam kebiasaan umat Jawa ada kata “Eling” yang bermakna ingat, yang sudah pasti ada pesan moral didalamnya mengingatkan kepada diri sendiri agar selalu menjaga mutiara kesabaran itu. Para motivator moderen seperti : Gede Prama (Penutur Kejernihan), Erbe Sentanu dengan Katahati Institutenya, Andrie Wongso Tungdesem Waringin dan banyak motivator lainnya dari dalam negeri, serta master self-development dari luar negeri seperti : Deepak Chopra, Brian Tracy, Maharishi Mahesh Yogi, Sandy MacGregor, Shri Shri Ravi Shankar, Bill Harris, Wayne Dyer, Danah Zohar dan banyak lagi, banyak mengajarkan kepada kita akan perlunya menjaga mutiara kesabaran ini, dimana secara satu bahasa menyebutkan dengan “Menjaga Hati”. Menjaga hati dimulai dengan berpikir positif (positif tinking) karena hal itu akan menghilangkan kebencian dan menghindari manusia dari perselisihan. Ajaran Hindu menekankan “Tri Kaya Parisudha”, orang tua di bali mengajarkan “mulat sarira”, semuanya bermuara yang sama, bahwa kita agar lebih mengenal diri kita lebih dahulu, jangan biarkan diri ini menjadi liar dan tanpa terkendali yang akan merugikan diri kita dan orang lain, apalagi di Jaman Kegelapan (Kali Yuga), maka manusia itu semakin labil akan sangat mudah terjerumus kepada tindakan yang negative, bukti-bukti sudah banyak semoga itu bukan kita dan semoga kedepan yang muncul pada diri manusia hanyalah “kasih sayang” sesama mahluk ciptaan Hyang Widhi sesuai ajaran “Tat Twam Asi” dan “Prema”.

Dalam aplikasinya, maka manusia itu juga perlu punya kesadaran “memaafkan” jika karena orang tidak mampu menjaga kesabarannya telah membuat anda kecewa, maka maafkanlah. Jangan kebencian itu dibiarkan berkembang biak yang mana akan memberi kesempatan kepada banyak hal, misalnya : bhuta kala/angkara murka, fihak yang mencari keuntungan, dan fihak yang malah akan melakukan provokasi. Disatu sisi jika ada yang memang menyadari kekeliruan, maka tidak ada salahnya minta maaf. Bagi sebagian orang ”maaf” ini menjadi sangat tabu. maaf juga bisa diartikan sebagai ”kelemahan” bahkan ada sebagian yang mengartikan sebagai ”kekalahan” karena sesungguhnya tidak perlu saling mengalahkan. Dalam kehiidupan ini selalu ada dua hal, tetapi intinya justru pada diantara keduanya itu. Yaitu : Purusa – Pradana menghasilkan kehidupan, positif – negatif menghasilkan energi listrik, dan diantara takut dan berani juga terdapat suatu sikap yang benar itulah yang disebut ”Ksamawan” (sabar).

Akhirnya, kita perlu masuk kepada diri sendiri melalui introspeksi, sediakan waktu beberapa menit saja untuk malakukan evaluasi atas apa yang sudah kita lakukan hari ini, apakah hari ini kita telah melakukan hal yang baik atau justru kita telah melakukan tindakan mengecewakan orang lain ? memang tidak mudah bagi kita termasuk penulis untuk melakukannya tetapi tulisan ini mengajak kita semua (termasuk penulis) untuk mulai menata hidup lebih baik dengan bendera “kesabaran” sebagai panduan kita melangkah, semoga ibarat barisan, kita dapat mencapai finish dengan kondisi baik, rapi, jika kita penyanyi koor, maka kita dapat bernyani tanpa false tetapi merdu dan indah, dan akhirnya kita menjadi pribadi yang sejuk, damai, smart, sehingga ibarat virus yang positif, ini akan menyebar ke setiap hati orang lain disekitar kita dan menyebar terus sampai memenuhi alam semesta. Apakah ini hanya impian ? kadang mimpi bisa menjadi kenyataan, Astungkara !




Penulis,


Nyoman Sukadana 17-02-2010
Karanganyar-Solo-Jawa Tengah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan bagi yang ingin memberi komentar, masukan, rembug, atau sejenisnya dengan etis dan kesadaran untuk kebaikan bersama (Salam Pemilik Blog)