Kamis, Oktober 01, 2009

PERKAWINAN ANTAR BANGSA

”Vasudewa Kutum bakam”, bahwa : sesungguhnya semua umat manusia bersaudara dalam kesetaraan, demikian menurut pandangan Hindu, yang bermakna sesungguhnya manusia itu adalah satu keluarga besar, duniapun pada akhirnya terasa semakin sempit karena semakin majunya teknologi komunikasi, akhirnya ”Globalisasi” tidak bisa dibendung sehingga akan ada percampuran : budaya, pemanfaatan Iptek, perdagangan, dll. Yang juga bisa terjadi adalah perkawinan antar bangsa. Salah satu bukti akan hal itu, telah dilangsungkannya Samskara Wiwaha (Perkawinan) Ni Kadek Yulia Puspasari Putri kedua dari Kel I Nyoman Suendi yang menetap di Solo, dengan Christophe Moure, putra pertama kel. Jean-Jacques Moure Warganegara Perancis, di Pura Bhuwana Agung Saraswati, Kentingan, Solo pada 18 Agustus 2006. Resepsi dilangsungkan di Pendopo Agung Hotel Dana Solo 21 Agustus 2006. Yang menarik lagi adalah prosesi perkawinan dilakukan dalam budaya Jawa-Bali tetapi tetap Yadnya (Manusia Yadnya) sesuai Agama Hindu. Hal ini menunjukkan suatu perbedaan yang jelas antara Budaya dan Agama (Weda) yang mana sangat susah dibedakan di Bali karena Adat, budaya, dan agama sudah menyatu dalam keseharian masyarakat Bali.

Prosesi pernikahan dikemas oleh Panitia yang dibentuk lebih dulu dan melakukan rapat-rapat persiapan sampai pemantapan, sehingga setiap hal yang akan dilakukan dapat dipersiapkan dengan baik. Sebelum puncak Samskara Wiwaha dilakukan acara ”Midodareni” suatu bentuk budaya Jawa yang bermakna mempersiapkan Si Wanita agar cantik seperti Bidadari, makna lainnya adalah ”Pingit” dimana hari itu Si Wanita dipingit dan benar-benar mempersiapkan diri lahir-batin untuk menyongsong Samskara Wiwaha hari berikutnya. Budaya Midodareni ini ada juga di Bali dan mungkin daerah lain di Indonesia. Prosesi inti adalah dengan dilaksanakan Samskara Wiwaha yang tergolong Manusa Yadnya di Jaba tengah Pura Bhuana Agung Saraswati. Acara diawali dengan Pensucian Angga Sarira (Jasmani Rohani) penganten berdua berupa ”Byekaon” dan prosesi Yadnya lainnya, melalui Puja Mantra Jro Mangku Pasek dengan sarana upakara Manusa Yadnya yang sederhana tetapi tidak mengurangi maknanya, termasuk Sudiwadani (Pembaptisan masuk Hindu) karena Pengantin Pria akan mengikuti kepercayaan Pengantin Wanita. Setelah selesai di Jaba tengah (Madya Mandala), maka Penganten melanjutkan persembahyangan di Utama Mandala memohon kepada Hyang Widhi sebagai Yang Maha Kuasa juga selaku Kamajaya-Ratih agar memberikan restu & anugrah agar perkawinan ini memperoleh kebahagiaan. Acara menjadi lebih meriah tetapi tetap khusuk dengan suguhan Tari Pendet, dan Gending Gadon pimpinan Sri Joko Raharjo. Setelah persembahyangan selesai, dilanjutkan dengan pencatatan Perkawinan oleh Petugas Catatan Sipil Karanganyar Suparjo,Sos dan Suparmin,SE. Rohaniawannya Pinandita K.Atmo Sentono. Acara dilanjutkan dengan sambutan PHDI Solo dan berakhir dengan salam-salaman kepada mempelai dan keluarga. Rangkaian Manusia Yadnya ini juga Pamitan mempelai wanita di Sanggah Kemulan keluarga di Penarungan-Mengwi-Bali.

Acara Resepsi yang dilangsungkan pada 21 Agustus 2006 juga padat dengan nuansa percampuran budaya. Gending Uyon-Uyon (Jawa) dan Gending lelambatan (Bali) menyambut tamu yang datang. Sampai akhirnya rombongan Cucuk Lampah, Pager Ayu, dan Pengantin memasuki ruangan dan menuju ke Pelaminan diiringi Balaganjur. Tari Jawa Gambyong Pareanom yang menggambarkan gadis ceria yang berias memberi makna kepada Pengantin yang terlihat berbahagia, lalu dilanjutkan Pembacaan Doa oleh Pinandita Sutarto,S.Ag. Tari Gatotkoco Pregiwo yang menggambarkan Gatotkoco jatuh hati kepada Pregiwo, merupakan Tari Jawa yang melengkapi penampilan Tari Bali lainnya berupa Tari Condong-Legong Kraton dan Tari Baris. Tari dan musik Kontemporer juga melengkapi acara ini dan yang paling lain adalah penampilan Musik Gnawa sebuah musik Sufi dari Maroko oleh Abdes,Daisy dan Ibrahim (Perancis). Penutup acara mempelai meninggalkan ruangan diiringi Gending Jawa dan Gending Bali. Semoga perkawinan antar bangsa ini membuahkan kebahagiaan seperti disebutkan pada : RgWeda X.85.42  Ihaiva stam ma vi yaustam visvam ayur vy asnutam, kridantau putrair naptrbhir. Modamanam sve grihe ( Wahai kedua mempelai, semoga engkau senantiasa tinggal bersama, tidak pernah ada yang memisahkanmu. Semogalah kamu senantiasa hidup bersama, berbahagia dengan putra-putra dan cucu-cucumu, bergembiralah dalam rumah milikmu )

Dilaporkan,
Nyoman Sukadana
Karanganyar - Solo - Jawa Tengah 14-09-2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan bagi yang ingin memberi komentar, masukan, rembug, atau sejenisnya dengan etis dan kesadaran untuk kebaikan bersama (Salam Pemilik Blog)