Kamis, Oktober 01, 2009

SISI LAIN MEMAKNAI HINDU GLOBAL


Abad 21 dikenal sebagai Abad millennium dimana globalisasi sudah tidak terbendung. Kegiatan ekonomi, perbankan, legal/hukum, dll tidak bisa menutup mata kita dan harus menyongsong globalisasi ini dengan persiapan yang baik. Disisi lain kegiatan keumatan seperti kesadaran hubungan antar umat beragama Hindu diseluruh dunia juga seperti ikut terbawa arus ini. Tidak diketahui dengan pasti kapan dimulai tetapi secara nyata bisa terlihat sudah terjadinya hubungan antar umat beragama yang sampai menjangkau lintas benua, lintas ras atau suku bangsa. Sudah menjadi trend umat Hindu di Indonesia mengadakan Tirta Yatra ke India untuk napak tilas kenegeri asal agama Hindu ini. Organisasi-organisasi keagamaan seperti Pemuda Hindu, Perkumpulan Meditasi, dan banyak Bajan-Bajan yang ada sudah semakin memperjelas bahwa hubungan kita ini sudah begitu luas. Media-Media berbasis Hindu sebagai Media informasi keumatan yang berfungsi Jnana Punia juga banyak memberitakan kegiatan umat Hindu antar Negara ini. Pokoknya umat Hindu di Bali dan Indonesia pada umumnya seperti sudah diperlihatkan kepada fenomena yang terbuka, moderen, luas, dan tidak lagi hanya berkutat pada hal-hal yang terjadi di Bali dengan keaneka-ragaman adat dan seni budaya yang berbaur dengan ajaran agama sehingga sangat susah dipisahkan. Kalau dikatakan suatu kemajuan, maka ini bisa diakui karena dibandingkan dengan sebelumnya katakan saja sejak Indonesia Merdeka dibandingkan sekarang situasi hubungan antar umat Hindu Indonesia dengan Negara lain sudah semakin maju, maka sebelum kita terbawa terlalu jauh perlu diingatkan hal-hal yang mungkin terabaikan atau terlupakan oleh kita.

Pada kesempatan ini, penulis ingin memperlihatkan sisi lain dari hubungan Hindu dalam era globalisasi ini yang telah mengusik hati ini untuk memberitakan kepada umat Hindu dimanapun berada. Ibarat layang-layang, maka pemikiran global yang disimbulkan dengan layang-layangnya harus tersambung dengan benangnya dan tidak boleh putus jika ingin memperoleh kenikmatan daripadanya, yaitu kepuasan kita sebagai pemain layang-layang itu. Kita sekarang sedang terhanyut pada suatu semangat kebersamaan dengan pemeluk Hindu dari Negara lain khususnya India tetapi kita seperti ingin melupakan masalah hubungan dengan sesama pemeluk Hindu di Indonesia khususnya di Bali yang saat ini masih sering terjadi perbedaan pendapat masalah : keharmonisan antar soroh, kesetaraan Sulinggih/Brahmana, dan masalah lainnya yang merupakan fakta ada di masyarakat. Dalam situasi seperti itu kita telah sangat berani membuka hubungan dengan sangat harmonis dengan umat Hindu Negara lain padahal dengan semakin luasnya hubungan itu justru pada akhirnya semakin membuka permasalahan kita sendiri. Kenapa kita tidak benahi masalah kita dulu ataukah kita menganggap itu bukan masalah ? Lalu kalau itu masalah bagaimana kita bisa mengatasinya ? Mengatasinya harus secara bersama-sama. Masyarakat yang memperoleh kenikmatan dari kesalahan sejarah di Bali abad XV sampai sekarang seharusnya bisa menjadi pelopor untuk terciptanya perbaikan atas kesalahan masa lalu bukan malah memperuncing dengan melakukan hal-hal yang bisa menambah ketidak harmonisan itu, masyarakat yang berada pada posisi yang dirugikan karena kesalahan sejarah jangan sensitive apalagi dendam dan melakukan pembalasan tetapi jika meluruskan silahkan. Media umat berbasis Hindu juga harus memposisikan sebagai pencerahan umat dan pembenahan kesalahan-kesalahan masa lalu, dan kedepan jangan menjadi alat kelompok, tetapi benar-benar mengambil peran “Jnana Punia” sehingga umat Hindu yang harus diakui baru mulai memperoleh angin sejuk dari sejarah kehidupan umat beragama di Indonesia bisa terus menapak masa depannya dengan lebih baik. Kita harus banyak belajar dari kesalahan sejarah, mengutamakan kepentingan umat banyak dibandingkan kelompok atau golongan, mementingkan keharmonisan daripada prestise, maka barulah menurut penulis Umat Hindu di Indonesia berani menapak masa depan lewat membuka hubungan yang luas dengan umat Hindu di seluruh dunia. Jika intern kita sendiri belum bisa merasakan keharmonisan dan masih menganggap manusia ini ada tinggi rendah, maka sesungguhnya kita “Belum Siap”.

Sisi Lain Memaknai Hindu Global Ini, hanya salah satu wacana dari penulis yang menghadapi langsung situasi masyarakat di Bali dan di luar Bali yang sampai saat ini belum mengalami perbaikan, karena pada saat meningkatnya hubungan antar umat Hindu di seluruh dunia, maka pada saat yang sama di negeri kita sendiri bahkan di Bali yang dikatakan sebagai tempat dipertahankannya ajaran Hindu masih terjadi persaingan umat yang masih ingin mempertahankan prestise yang semu dan umat yang menolak perbedaan dan menginginkan kesetaraan sesuai ajaran Tat Twan Asi. Kita juga masih banyak melihat kebodohan yang tetap berkembang dengan membiarkan umat nyugra. Maka melalui tulisan ini penulis mengajak kita semua sebelum berpikir global cobalah berpikir kedalam agar layang-layang globalisasi ini bisa melayang dengan baik karena tersambung dengan benangnya sendiri sehingga memberi kenyamanan kepada kita sebagai pemainnya. Mari jangan lupakan pembenahan kedalam agar kita tidak malu kepada dunia lain diluar sana.








Penulis,


Nyoman Sukadana
Karanganyar-Solo-Jawa Tengah
20-02-2005

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan bagi yang ingin memberi komentar, masukan, rembug, atau sejenisnya dengan etis dan kesadaran untuk kebaikan bersama (Salam Pemilik Blog)