Selasa, September 01, 2009

NGENTEG LINGGIH DI PURA JAGATPATI
MASARAN – SRAGEN - JATENG

Pura Jagatpati yang terletak di Dusun Kauman, Kec. Masaran, Sragen, Jawa Tengah, pada tanggal 26 – 28 Oktober 2004 dilaksanakan „Ngenteg Linggih“ : Padmasana, Meru, Anglurah, Candi Gelung, dan Paduraksa. Pelinggih-Pelinggih sebelumnya yang sudah ada di Pralina dulu karena adanya perluasan areal Pura sampai menjadi sekitar 750M2 dimana sebelumnya sekitar 250M2, berarti terjadi perombakan total atas pelinggih sebelumnya sehingga areal sekarang sudah memenuhi unsur Tri Mandala. Prosesi acara dimulai tanggal 26 Oktober 2004 malam dengan „Nuwur Tirta“ di Prambanan di beberapa Candi, seperti : Brahma,Wisnu,Ciwa, Mahadewa, Durga, dan Ghana. Karena acara ini juga „Nyegara-Gunung“, maka Nuwur Tirta di Prambanan ini juga bermakna Nyegara (Mencerminkan pantai laut selatan). Tanggal 27 Oktober 2004 pagi dilaksanakan Nuwur Tirta yang bermakna „Gunung“ (Bagian dari Nyegara Gunung) ke Candi Ceto, dilanjutkan Nuwur Tirta di Petilasan Kyayi I Gusti Ageng Pemacekan –Karangpandan, karena beliau merupakan sesepuh atau leluhur yang sudah ada di Karanganyar-Jateng ratusan tahun yang lalu. Sore harinya dilaksanakan Ngersigana (Wisuda Bumi/Pembersihan alam) dilanjutkan dengan Mlaspas Pura dan Ngenteg Linggih. Tanggal 28 Oktober 2004 pagi sekitar Jam 10 wib dilaksanakan Piodalan yang dipuput (dipimpin) oleh „Pandita Mpu Jaya Kerta Tanaya“, dari Geria Wana Giri, Bukut Jambul, Paseban, Karangasem (Bali) beliau juga yang memimpin Ngenteg Linggih tanggal 27 Oktober 2004. Selesai Ngaturang Piodalan dilanjutkan Pawintenan Saraswati bagi seluruh umat yang hadir dan dilanjutkan Trisandya.

Pada waktu yang sama pada tanggal 28 Oktober 2004 itu juga diadakan acara seremonial, yang dihadiri oleh undangan dari Pemda Jateng dan PHDI Pusat. Gubernur Jateng yang tidak bisa hadir dalam sambutannya dibacakan oleh Bakorlin 2 Wilayah Surakarta Bp. Ir. Suwito menyampaikan Ucapan selamat atas adanya Pura Jagatpati dan semoga umat Hindu bisa melakukan ibadah dengan baik. Sambutan berikutnya dari Bupati Sragen Bp. H.Untung Wiyono Sukarno dan sekaligus memberikan sumbangan dana. Dari PHDI Pusat hadir Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa (Dharma Adhyaksa) sekaligus menanda-tangani Prasasti, dan Bapak Adi Suripto (Sekjen). Bapak Adi Suripto dalam sambutannya mengatakan : Jika dulu leluhur dari Jawa yang ke Bali menata kehidupan beragama dan masyarakat Bali, maka sekarang giliran orang Bali yang datang ke Jawa menjadi sesepuh dan membina umat di Jawa agar kembali kejati-dirinya (Bali-Jawa/ Bali Jowone). Sambutan lainnya adalah dari Bp. Ketut Nedeng yang merupakan koordinator Ngenteg Linggih bersama Jro Mangku Ketut Pasek dan Bp. Made Gunarsa. Bp. Ketut Nedeng dalam sambutannya mengajak umat agar meningkatkan ajaran Bhakti dan Kasih sayang yang akan bisa mendatangkan kebahagiaan kepada sesama. Sambutan terakhir ucapan terima-kasih dari umat Masaran diwakili oleh Bp. Jarwanto. Prosesi terakhir adalah Nyineb atau mepiuning tanggal 29 Oktober 2004 yang dipimpin Pinandita Pura Jagatpati , Pinandita Tugiyo.


Keberadaan Umat Hindu di Masaran

Dusun Kauman, Kec. Masaran, Sragen, Jawa Tengah memang merupakan salah satu kantong Hindu di Jawa Tengah. Pada awalnya umat disana berjumlah sekitar 100 KK namun karena kurang pembinaan, termasuk kesulitan dalam hal Perkawinan (Pembuatan Akta Perkawinan) dan pembuatan KTP, maka pada tahun 1976 tersisa hanya sekitar 50KK. Hal serupa dialami umat Hindu di dusun lain seperti Jenawi Karanganyar dan sekitarnya. Namun karena semangat yang begitu tinggi dari umat Hindu Masaran yang asli suku Jawa ini, maka dengan dipelopori oleh : Bp. Widagdo, Bp. Tugiyo, Bp. Yoso Prawiro (Almarhum), Bp. Parto Suwito, dan Bp. Sastro Giono, maka pada tahun 1976 berhasil dibangun sebuah Pura dengan areal yang kecil sekitar 250M2 dari Dana Pelita melalui bantuan Pemda dan swadaya masyarakat. Pura tersebut diberi nama “Pura Jagatpati” walaupun dengan arsitektur yang sedapatnya yang penting waktu itu umat Hindu sudah mempunyai tempat untuk menghubungkan diri dengan Sang Pencipta. Penduduk setempat sebagian besar adalah Petani, dan untuk mengisi mental-rohani, maka setiap hari Minggu diadakan Pendidikan Agama terutama kepada anak-anak dan pemudanya. Setiap tgl. 15 dilakukan kegiatan sosial berupa pertemuan umat untuk lebih meningkatkan keakraban dan bertukar rasa. Untuk mendukung kebutuhan sehari-hari dibentuk Koperasi “Dharma Yadnya”. Yang saat ini sangat diperlukan bagi umat Masaran adalah pembinaan termasuk buku-buku Hindu sehingga diharapkan kepada Lembaga terkait termasuk swadaya masyarakat untuk bisa membantu hal itu. Sehubungan dengan umat yang bersembahyang sudah semakin banyak, maka tempat yang ada dirasa sudah tidak mampu lagi menampung perkembangan umat, maka atas gebrakan generasi penerusnya seperti : Bp. Darso Ardjono serta Bp. Ketut Ardana, serta umat lainnya dilakukan upaya untuk melakukan perluasan areal Pura, maka dimulailah gerakan sosialisasi kepada umat termasuk menggugah para Donatur baik dari lembaga pemerintah seperti : Gubernur Bali, beberapa Kapolres di Bali, beberapa Bupati di Bali, donator perseorangan, termasuk umat-umat yang peduli yang bisa berpartisifasi melalui tenaga dan sumbangan bahan-bahan juga bahan makanan. Semuanya bergerak satu tujuan sehingga terwujudnya Pura Jagatpati seperti sekarang ini. Kedepan disamping pembangunan mental-spiritual, maka beberapa bangunan dan Pelinggih akan menjadi target umat di Masaran, yaitu : Bale Piasan, Gale Banjar, Bale Gong, Bale Pesantian, Ruang Tunggu Pura /Wasi, Ruang ganti, Toilet, dan Bale Kulkul. Perjalanan untuk itu masih panjang, tetapi dengan semangat yang dimiliki umat setempat yang bergandengan dengan umat Hindu dari Bali dengan didukung oleh Donatur-donatur yang mau menyumbang dengan iklas tanpa diganduli oleh kepentingan-kepentingan, maka perkembangan umat Hindu di Masaran Sragen, juga disekitar Karanganyar bahkan di kantong-kantong Hindu diluar Jawa, akan bisa terwujud, sehingga harapan dari Bp. Adi Suripto (Sekjen PHDI) bahwa kedatangan orang Bali akan bisa mengembalikan umat di Jawa kembali kepada jati-diri leluhurnya akan bisa segera terwujud. Semoga Hyang Widhi dan Para Leluhur memberi jalan bagi kita semua.



Dilaporkan oleh,


Nyoman Sukadana
Karanganyar-Solo-Jawa Tengah
02 – 11 - 2004

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan bagi yang ingin memberi komentar, masukan, rembug, atau sejenisnya dengan etis dan kesadaran untuk kebaikan bersama (Salam Pemilik Blog)