Rabu, Januari 13, 2010

ARTI SEBUAH KETERBUKAAN


Beberapa waktu yang lalu salah seorang mentri kabinet Gotong Royong I ditanya oleh wartawan TV , mengenai mengapa dia menyatakan akan mundur pada pemerintahaan sebelumnya karena tidak setuju sesuatu hal. Jawabannya kalau saya coba simpulkan , bahwa : Karena ia tidak sependapat dan yang paling penting jawabannya adalah mengatakan dirinya orang akademis bukan politisi, yang akan berbicara secara akademis atau professional bukan politis. Jadi hal yang penting disini, ada perbedaan pertimbangan “Politis” dengan “Professional (cq.Terbuka)“. Dijaman orde baru setiap tanggal 30 September malam di TV selalu ditayangkan Film Pemberontakan G30-S PKI yang banyak menimbulkan polemik dimasyarakat karena dianggap tidak fair atau berfihak pada kepentingan orang tertentu padahal sutradara film tersebut adalah juga ahli sejarah. Cuma sayangnya tidak ada orang yang berani memunculkan versi lain yang dianggap benar, sehingga mungkin banyak masyarakat awam yang sudah menganggap tayangan di TV itu adalah kebenaran, akan sangat berbeda jika ada yang menyampaikan dengan versi lain yang juga punya dasar yang kuat. Yang perlu digaris-bawahi disini adalah : Ada keinginan masyarakat baik yang menaruh perhatian terhadap sesuatu hal maupun mereka yang hanya menonton saja atau sekedar membaca, untuk memperoleh sesutu yang benar atas suatu fakta terhadap ceritra atau sejarah yang disampaikan. Tanggung jawab ini ada pada fihak-fihak yang tahu akan hal itu, sehingga digugah untuk berbicara.

Masih hal yang serupa adalah ketika penulis membaca tulisan disebuah website yang menceritrakan tentang kesuksesan Mpu Kuturan dan Danghyang Nirarta / Pedanda Sakti Wawu Rauh, yang dianggap oleh penulis tersebut sangat berjasa terhadap kemajuan Bali jaman itu dan mempunyai toleransi beragama yang tinggi. Terlihat penulis ini ingin menunjukkan sisi positifnya karena mungkin pertimbangannya agar kita mencontoh, atau menghormati leluhur jaman dulu tersebut dan itu benar. Namun kalau kita simak lagi, maka disini sebenarnya sudah ada unsur “Politis” atau belum terbuka karena menyampaikan sesuatu hanya dari satu sisi. Untuk orang yang sama sangat jarang bisa menyampaikan sesuatu itu dari dua sisi secara berimbang., maka penulis ingin mencoba menyampaikan sisi yang lain yang lebih bersifat menggugah kepada yang lebih tahu akan sesuatu kebenaran/ fakta. Misalnya kisah Mpu Kuturan, penulis sangat yakin, beliau sangat berjasa terhadap baiknya tatanan kehidupan bermasyarakat dan beragama orang Bali abad XI karena masyarakat yang menganut Sad Paksa (Enam sekte agama) yang waktu itu selalu terjadi perselisihan, bisa dipersatukan dengan adanya pertemuan di Samuan Tiga. Mpu Kuturan juga banyak sekali mendirikan Pura-Pura termasuk Uluwatu yang belakangan diklaim sebagai penyungsungan warga tertentu. Secara logika kehadiran Catur Sanak (Empat dari Panca Tirta) tentunya menimbulkan masalah di Bali misalnya dari Masyarakat Bali Mula yang awalnya mungkin tidak setuju , walaupun Mpu Semeru (salah seorang Catur Sanak) mengangkat Putra Darma dari Masyarakat Bali Mula yang diberi nama Mpu Dryakah (Leluhur Kayu Selem). Kita tidak pernah tahu apakah waktu itu ada pertentangan dengan masuknya Sang Catur Sanak karena penulis belum pernah menemukan ceritra atau prasastinya, tetapi yang jelas jasa-jasa yang luhur dari mereka bisa kita lihat dan rasakan dalam kehidupan beragama dijaman ini dan tidak merasakan sesuatu yang salah dari ajaran Weda. Lain lagi dengan Danghyang Nirarta, pada jaman Dalem Waturenggong dan beliau menjadi Purohita kerajaan pada abad XV disebutkan oleh penulis tersebut diatas terjadi jaman keemasan masyarakat Bali. Pendapat itu benar disatu sisi, tetapi coba lihat dari sisi lain. Dengan melakukan pembagian porsi masyarakat menjadi empat kelompok inilah sebenarnya langkah politis yang dilakukan dijaman itu agar lebih mudah mengatur segala kepentingan (ide/rencana) agar terwujud, seperti halnya pendekatan keamanan yang merupakan langkah politis dijaman orde baru. Mari kita lihat bedanya era Sang Catur Sanak dengan Era Danghyang Nirarta. Pada jaman Mpu Kuturan masyarakat yang tadinya terpecah disatukan melalui Memuja dipelinggih yang sama yaitu Kemulan/Rong Tiga (Memuja Tri Murti) sehingga masyarakat menjadi tenang. Keberadaan Pelinggih Kemulan itu terbawa sampai sekarang walaupun dijaman kemudian (mungkin abad XV) pemahaman sebagian masyarakat menjadi berbeda dengan ada yang mengartikan Kemulan adalah Pemujaan leluhur. Jadi dampak kedamaiaan dan kesejahtraan terasa dari strategi yang dipakai Sang Catur Sanak. Tetapi strategi yang dipakai Danghyang Nirarta dan Dalem Watutenggong, dampaknya terasa dikemudian waktu sampai juga sekarang ini, kita menjadi sadar, ternyata ada yang keliru berupa penyimpangan Ajaran Weda (Catur Warna dan Tat Twam Asi) yang dimanfaatkan oleh penjajah abad XVI untuk memecah kita, penyimpangan ini masyarakat banyak yang sudah tahu. Inilah bedanya. Nah.. itulah sebanya kita perlu menyampaikan sesuatu hal dari dua sisi secara fair, sehingga masyarakat diberi kejelasan dan bisa memutuskan sendiri pandangannya tidak perlu diatur-atur atau diarahkan karena kebenaran itu pasti akan muncul juga. Sudah tidak waktunya lagi ber-politis dalam hal keagamaan, keleluhuran, sejarah Pura, dll. tetapi kalau kenegaraan silahkan saja.

Maka melalui ini, penulis menghimbau agar kita berlomba-lomba menyampaikan kebenaran pada masyarakat tentunya dengan dasar yang kuat dan bisa dipertanggung-jawabkan. Jangan apriori jika ada orang atau penulis menyampaikan sisi miring dalam suatu sejarah keleluhuran bahkan menyangkut nama orang kalau dahulu itu memang keliru. Bagi kita sebagai Damuh atau trah para leluhur, yang harus dilakukan adalah menjaga nama nama baik leluhur sebagai bentuk bakti dan hormat juga dengan cara meniru hal-hal yang positif, dan membuang yang negatif bukan malah ngotot membela atau menutupinya. Jadi mulailah menjadi benar dari diri sendiri, maka dikemudian hari anda akan dihormati oleh sanak keturunan sebagai pratisentana dari leluhur yang mulia dan hebat.




Penulis,


Nyoman Sukadana
Karanganyar - Solo - Jawa Tengah
10-11-2004.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan bagi yang ingin memberi komentar, masukan, rembug, atau sejenisnya dengan etis dan kesadaran untuk kebaikan bersama (Salam Pemilik Blog)