Senin, November 02, 2009

2004-AGNIHOTRA
DI PETILASAN KYAYI I GUSTI AGENG PEMACEKAN


Pada Hari Senin 30 Agustus 2004 tepatnya pada Purnama Katiga diselenggarakan Piodalan di Petilasan Kyayi I Gusti Ageng Pemacekan, Dukuh Pasekan, Dusun Keprabon, Desa/Kec.Karangpandan, Karanganyar , Solo, Jawa Tengah. Piodalan-piodalan selanjutnya akan tetap dilaksanakan pada Purnama Katiga setahun sekali. Sebelum acara persembahyangan didahului oleh Acara Seremonial dengan dihadiri oleh Pejabat Pemda Karanganyar seperti : Bapak Drs. IA Joko Suyanto,MM dari Dinas Pariwisata (Diparta), Kodim dan Polres, serta camat Karangpandan. Bupati Karanganyar Ibu Hj.Rina Iriani Sri Ratnaningsih,Spd.M.Hum yang dihubungi sebelumnya, tidak bisa hadir karena persiapan kedatangan Ibu Megawati (Presiden RI). Kedatangan Diparta ini karena Petilasan dipersiapkan untuk masuk menjadi salah satu obyek Pariwisata Kab.Karanganyar. Seperti sambutan Ketua Panitia Acara Seremonial, Bapak Drs. Oka Gurnita,MM, bahwa yang dijadikan obyek Pariwisata adalah “Lingkungan Pura” bukan Pura atau Petilasan. Sambutan lain adalah dari Sesepuh Trah Sapta Pandita Bapak Ketut Nedeng yang menguraikan hakekat bakti pada leluhur sehingga Trah Sapta Pandita datang darimana-mana untuk bakti pada leluhurnya. Disamping itu juga dihimbau kepada para peminpin pemerintahan dan masyarakat agar meningkatkan baktinya sehingga dapat memimpin dengan benar.

Sekitar pukul 11.00 wib setelah usai kunjungan tamu undangan keruang Petilasan atau kedalam Pura, maka acara “Pemujaan” dimulai dengan di-puput oleh 5 (lima) Sulinggih/Pandita/Brahmana, yaitu : Pandita Mpu Cri Rastra Giri Bajra dari Gria Ampedan Sraya-Karangasem, Pandita Mpu Dwija Darma Sraya – dari Grokgak-Singaraja, Ida Pandita Mpu Dwija Witaraga Sanyasa, dari Griya Taman Sari Asrama-Kekeran Singaraja, Ida Pandita Mpu Dharma Wijaya Kusuma, dari Griya Dwipa Shanti Paramita-kelurahan Astina-Singaraja, dan Pandita Mpu Daksa Yoga Acala, dari Griya Agung Padang Subadra-Selat Duda Karangasem. Pada piodalan tersebut juga hadir umat Hindu asal Jawa yang tinggal sekitar Karanganyar, seperti Kemoning, Ngargoyoso, Jenawi dan juga dari Masaran Sragen. Umat yang maturan ada juga dalam bentuk kesenian yaitu Tari Topeng yang disumbangkan oleh Bapak Nyoman Caya dari STSI Surakarta, dan juga dari umat Jogja penyungsung Pura Banguntapan berupa Tari Topeng oleh Bapak Made Widiana dan Pimpinan Gamelan Bapak Wayan Senen. Seperti biasa penduduk sekitar juga ikut aktif dengan membuka warung makanan, sedang Karang Taruna mengurusi Parkir.. Acara Penutupan (Nyineb) dilaksanakan pada Senin, 06 September 2004, pagi hari sekitar jam 06.00 dengan dipimpin oleh : Pandita Mpu Jaya Satya Nandha, dari Geriya Uma Santi, Br. Dauh Uma, Bitra, Gianyar.

Yang menarik dari situasi piodalan adalah dengan dilaksanakannya “Homa Yajna (Agnihotra)” pada sore menjelang malam (sekitar pukul 18.00 wib) sehari sebelum piodalan yaitu tanggal 29 Agustus 2004. Agnihotra ini dipimpin oleh “Hotri” Mangku I Wayan Denia dan bertindak sebagai “Hotraka” adalah Sri Bagawan Angga Jaya, dari Gria Satria Tamananyar, Penyaringan-Mendoyo-Negara. Warga yang hadir pada piodalan baik yang dari Bali maupun yang tinggal di Jawa termasuk penulis sebagai (mewakili) Sang Yajamana (Sang punya kerja), ikut berbaur kedalam Upacara Yadnya Agnihotra. Sehubungan dengan banyak peserta baru pertama kali mengikuti Homa Yajna ini maka mereka mengikuti saja kawan-kawan yang sudah tahu tanpa mengurangi kekhusukannya, sehingga waktu demi waktu prosesi Homa Yajna itu berjalan dengan baik dan diikuti dengan tekun oleh peserta. Terlihat masing-masing larut dalam kekhusukannya sehingga pada akhir acara peserta berceritra pengalaman masing-masing. Pengalaman Spiritual yang dialami oleh beberapa peserta diakui oleh Mangku I Wayan Denia termasuk oleh Sri Bagawan Angga Jaya. Mangku I Wayan Denia dalam darmawacananya mengatakan, bahwa : AGNIHOTRA adalah upacara yadnya untuk memuja Ida Sanghyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Hyang Agni, dan merupakan Maha Yadnya, multifungsi, efisien, serta effektif. Sumber-sumber upacara Agnihotra bisa dijumpai pada kitab-kitab Ithihasa, Purana (Kekawin Ramayana) dan beberapa upanisad seperti: Swetha Swatara Upanisad, Maitri Upanisad, Prasna Upanisad, dan Sri Isopanisad. Didalam kitab suci Reg Weda,Sama Weda,Yayur Weda, Atharwa Weda, puja-puja terhadap Dewa-Dewa sangat banyak tetapi yang dominan adalah puja-puja kepada Dewa Agni. Untuk lebih terkosentrasi didalam pelaksanaan Upacara Yadnya Agnihotra, Dewa Agni sekaligus dalam bentuk material api dalam kehidupan manusia memiliki tujuh fungsi sebagai berikut :

1. Sebagai penerang
2. Sebagai pencuci dan pembasmi kekotoran
3. Sebagai pengusir roh jahat
4. Sebagai penghubung pemuja dan yang dipuja
5. Sebagai saksi upacara
6. Sebagai pendeta pemimpin upacara
7. Sebagai sumber kekuatan atau energi.

Dengan demikian, maka Upacara Yadnya Agnihotra (Homa Yajna) ini mempunyai landasan yang kuat sesuai ajaran Hindu dan dalam pelaksanaan oleh Hotri Mangku I Wayan Denia sangat mengadaptasi kebiasaan Yadnya di Bali tanpa menghilangkan makna utama dari Upacara Yadnya Agnihotra. Didalam Atharwa Weda XXVIII.6, dinyatakan : Yatra suharda, sukrtam Agnihotra hutam yatra lokah tam lokam yamniyabhisambhuva sano himsit purusram pasumsca. (Dimana mereka yang hatinya mulia bertempat tinggal, orang yang pikirannya damai dan mereka yang mempersembahkan dan melaksanakan Agnihotra, disana majelis (pimpinan masyarakat) bekerja dengan baik, memelihara masyarakat, tidak menyakiti mereka dan binatang ternaknya.)





Dilaporkan oleh,


Nyoman Sukadana
Karanganyar-Solo-Jawa Tengah
09-09-2004.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan bagi yang ingin memberi komentar, masukan, rembug, atau sejenisnya dengan etis dan kesadaran untuk kebaikan bersama (Salam Pemilik Blog)