Senin, November 02, 2009

TIRTAYATRA KE PURA KALISODO
DUSUN BABAR-KARANGANYAR

Di lereng Gunung Lawu dan sekitarnya banyak umat Hindu yang perlu mendapat dukungan, untuk itu dengan memanfaatkan kegiatan rutin tiga-bulanan, pada 23 September 2007 Banjar Solo-Timur kembali melakukan Tirtayatra yang kali ini dipilih ke Pura Kalisodo, Dusun Babar, Desa Anggrasmanis, kec. Jenawi, Kab.Karanganyar, Jateng. Pura Kalisodo ini berdekatan dengan Pura Buana Agung Mahendrajati di Dukuh Demping sehingga kadang umatnya saling berkunjung bersembahyang. Perjalanan ke Pura Kalisodo bisa ditempuh dari 2 arah, yaitu lewat jalur Sragen dari arah Solo dan berbelok kekanan menuju ke Kec.jenawi jaraknya sekitar 60 km, perjalanan ini akan meliwati Pura Lingga Bhuwana juga Pura Mahendra Jati Demping, Jenawi. Cara lain adalah dari Karanganyar Kota menuju arah ke Tawangmangu dan sampai di Karangpandan ambil arah ke Candi Ceto. Perjalanan ini agak berat medannya karena menanjak, sampai di Terminal Ngargoyoso dilanjutkan kearah Candi Ceto tetapi sebelum di puncak Candi Ceto ada jalan kekiri dan ada tulisan Pura Kalisodo. Jalannya kecil dan belum diaspal semuanya, hanya disemen pada posisi roda mobil saja, mobil tidak bisa berpapasan syukur saat kami melewati jalan itu tidak terjadi papasan karena kalau ada mobil didepan, salah satu mobil harus mundur dan ini sangat susah. Setelah sekitar 1 ½ jam perjalanan atau sekitar Jam 10 rombongan sampai di Pelataran Pura kalisodo, kami yang kali ini menumpang Bis kecil 3 buah sampai dengan perasaan lega setelah melewati medan yang berat. Tampak sebuah Pura yang belum selesai dengan utuh karena baru ada “Utama Mandala”. Gapura Pura (Kori Agung) terlihat arsitektur yang kami sudah kenal, dimana perpaduan Bali-Jawa sebagai ciri khas. Ciri arsitektur seperti ini adalah keterlibatan tangan trampil Romo Maming (Pandita Broto Sejati) yang selalu terjun mengerjakan langsung. Arsitektur seperti ini banyak kita jumpai di Pura yang dikunjungi beliau di Jawa dan Lampung. Rombongan akhirnya sudah berkumpul di Utama Mandala Pura dan persembahyangan dimulai sekitar pukul 10 lebih dengan dipimpin Jro Mangku Ketut Pasek dan Pinandita Pura Kalisodo, yaitu “Pinandita Sumarto”. Sekitar pukul 11 persembahyangan selesai dilanjutkan dengan sambutan-sambutan dari : Kepala Desa Anggrasmanis yang juga penduduk Dusun Babar, Jayadi, Ketua Banjar Solo Timur – Made Suastika, Wakil PHDI Jenawi-Sukiman, dilanjutkan dengan Darmawacana oleh Nyoman Suendi, penyerahan sumbangan dari Banjar Solo Timur diwakili Ida Bagus Arnawa, dan ramah tamah. Sekitar pukul 13 kami meninggalkan Pura Kalisodo dengan perasaan senang.

SEJARAH KEBERADAAN PURA KALISODO.
Kalisodo adalah nama tempat yang sebelum berdiri Pura menjadi tempat orang bermeditasi menghubungkan diri kepada Sang Pencipta, sehingga tempat itu disebut “Pertapaan Kalisodo”. Walaupun sudah berdiri Pura Kalisodo namun Pertapaan ini tidak dihilangkan ataupun tidak menjadi satu dengan Pura karena pertapaan tersebut dikunjungi juga oleh umat Non Hindu jadi bentuk penghargaan mereka kepada orang lain yang menjadi pelajaran berharga bagi kami umat dari Bali yang hadir, yaitu suatu “Bentuk penghargaan kepada Budaya setempat dan hak asasi orang lain”. Pura Kalisodo dibangun tahun 1997 diatas tanah 1.300 M2 sumbangan dari Jayadi warga Dusun Babar yang baru terpilih menjadi Kepala Desa Anggrasmanis. Tahun 2000 dibangun Kori Agung, tahun 2003 Penyengker dan tahun 2007 Bale Piyasan (untuk umat). Pelinggih Padmasana sumbangan umat dari Bali disamping dua pelinggih lainnya yang sudah ada berupa “Meru” dan sejenis Taksu (di Bali) yang umumnya memuja Dewi Saraswati. Jadi ada 3 Pelinggih. Sisa areal yang belum dibangun masih banyak, bisa berujud Madya Mandala ataupun Nista Mandala. Untuk itu Pura Kalisodo memerlukan bantuan dari umat yang peduli tetapi “Tanpa pamrih, dan tanpa kepentingan tertentu”, untuk ikut membantu segera lengkapnya sarana persembahyangan umat ini. Berikutnya Kepala Desa Jayadi akan menyumbangkan lagi tanahnya untuk membangun tempat bersih diri (MCK) disebrang jalan tetapi saat ini belum siap dananya, rencana pembangunannya berujud 5 pancuran. Pura ini diemong oleh 30 KK dari Dusun Babar dan saat kami hadir ada info ada beberapa umat yang baru bergabung, ini adalah suatu pertanda baik yang perlu ditangkap oleh umat terutama PHDI untuk lebih intensif membina umat disini terutama dalam Sradha (Iman) dan Bhakti (Taqwa) serta pemahaman ajaran Hindu. Hal yang nyata bisa dilihat adalah dengan terpilihnya Jayadi menjadi Kepala Desa dari umat Hindu dengan mengalahkan saingannya yang Sarjana sementara Jayadi hanya SD saja. Menurut penuturan Jayadi yang sudah lama tidak makan daging, sebelum pemilihan Kepala Desa beliau bersembahyang di Pura Kalisodo pada malam hari dan ada umat yang melihat sinar yang masuk ke Pura dari arah Demping, ini adalah salah satu pertanda alam yang bagi umat Jawa disebut “Wangsit Keprabon”, semoga Kepala Desa Jayadi yang saat ini membawahi 800 KK terbagi dalam 3 Dusun (Dusun Babar, Clagah, Tempel) dimana umat Hindu hanya 30 KK di Dusun Babar, bisa melakukan tugasnya dengan baik. Bagaimana dengan kegiatan umat Hindu ini ? Umat Hindu di Pura Kalisodo melaksanakan kegiatan pada Malam-Kliwon atau 5 hari sekali dengan bersembahyang disertai pendalaman ajaran Hindu, disinilah para tokoh umat harusnya bisa memanfaatkan untuk memberikan Darmawacana atau Darmatula karena mereka masih butuh pembinaan. Saat ini Pinandita Sumarto hanya seorang diri, kedepan akan di tunjuk (Di winten) satu atau dua Pinandita lagi untuk membantu tugas beliau. Semoga kesadaran ke Hindua-an umat di Dusun Babar mendapat petunjuk dari Hyang Widhi.


Dilaporkan,


Nyoman Sukadana
Karanganyar - Solo - Jawa Tengah
30-09-2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan bagi yang ingin memberi komentar, masukan, rembug, atau sejenisnya dengan etis dan kesadaran untuk kebaikan bersama (Salam Pemilik Blog)